***
Tahun berganti. Tak terasa dengan keadaan seperti itu masih tetap dipertahankan oleh Prilly, sudah setahun ia dan Demian menjalin hubungan dan tentu ini tanpa sepengetahuan Ali."Bie kamu beneran enggak mau aku ke sana? Padahal aku mau kita rayain ulang tahun kamu yang ke 20 bareng loh" terlihat kerutan di wajah tampan itu lewat layar datar handphone, biasanya istrinya yang akan merengek memintanya untuk datang ke negri paman Sam tapi kenapa sekarang malah bertolak belakang?
"Honey bukannya aku enggak mau kamu datang, cuma aku lagi ujian semester. Jadi otomatis aku harus fokus belajar dan enggak bisa kemana-mana selain kampus"
Ali diam memperhatikan wajah istrinya yang terlihat lesu, yah dia harus mengerti bahwa belajar itu tidak segampang meracik kopi "Yaudah kalau gitu, kamu fokus aja belajarnya. Nanti kalau udah libur baru aku ke sana" ucapnya dengan nada lembut.
Prilly mengangguk "Kalau gitu aku bobo ya honey, udah ngantuk"
"Siniin dulu dong mukanya"
Prilly menyodorkan handphone pada setiap wajahnya agar mendapat ciuman jarak jauh dari sang suami. Setelah itu dia tertidur dengan Ali tetap memperhatikannya via video call yang tidak mereka akhiri.
***
- JakartaFrom: Bie❤
'Honey nanti aku tidur awal karena besok ada ujian pagi-pagi banget. Selesai belajar aku langsung bobo jadi enggak usah ditemenin. Daaa aku sayang kamu'
Ali memasang wajah datarnya ketika menerima pesan itu dari istrinya, jujur ia sedikit kesal. Ini adalah ulang tahun istrinya yang ke 20 dan dia sangat ingin menghabiskan waktunya seharian penuh bersama Prilly, tapi apalah daya jika situasinya seperti ini. Tadi mereka sudah melakukan video call dimana Ali memberikan surprise berupa kamar yang didekorasi oleh balon berwarna pink dan foto-foto Prilly serta tak lupa kue ulang tahun dengan warna pink dengan lilin angka 20 juga ditiupnya dari kejauhan untuk sang istri. Tapi ketika itu semua selesai tiba-tiba ia mendapat sms yang membuat moodnya hilang seketika.
"Ya elah pak bos lagi galau nih" Martin menyengir dan memperlihatkan deretan gigi putihnya. Jika dibandingkan Titon, Martin kadar gilanya lebih parah.
Ali tak menjawab. Ia tetap menatap tanpa kedip wajah seorang perempuan yang menjadi wallpaper di handphonenya. Entah kenapa hatinya merasa tak tenang, pikirannya tertuju terus pada perempuan itu.
"Pak bos kalau diajak ngobrol itu ya ngobrol dong pak"
"Sejak kapan lu ngajakin gue ngobrol? Gue rasa enggak ada ajakan dari tadi?" Ali menatap Martin tanpa minat, moodnya sedang tidak stabil.
"Saya kan tadi ngomong, anggap itu ajakan dong pak"
Ali memegang pelipisnya melihat Martin memasang wajah sedihnya "Martin stop ngedrama! Gue pusing!"
"Emang pak bos mikirin apa sih? Lagi bingung yah mau naikin gaji saya berapa? Tenang aja bos saya enggak minta banyak-banyak kok, cukup kasih saya mahar aja"
"Martin!"
"Eh eh ya ya maap, tapi serius nih pak bos kenapa?"
Ali diam sejenak, Martin memang agak tidak waras kalau berbicara tapi tidak ada salahnya juga kalau meminta pendapatnya "Enggak tau kenapa gue kepikiran Prilly terus yah?"
Martin mendengus "Ya elah bukannya emang tiap hari bos mikirin Prilly yang kecil itu yah?" Yah bagi Martin, Prilly memang kecil baik dari fisik maupun usia.
"Ya sih emang, tapi entah kenapa hati gue enggak tenang. Dia udah tidur sih tapi debaran jantung gue itu enggak kayak biasanya" Ali mengigit bibirnya, hatinya tak pernah seresah ini sebelumnya. Ia memang merasakan ada sesuatu yang ganjil sejak video call tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURGA DINI [Selesai]
Fiksi PenggemarKetika surga itu datang lebih awal karena pilihan mereka sendiri. #AliPrilly