***
Perlahan namun pasti air-mata itu akhirnya lolos dari pelupuk mata dengan tanpa henti, dadanya terasa sesak dan sakit secara bersamaan, kedua tangannya digunakan untuk menutup wajahnya dan menggeleng, ini pasti tidak nyata."Jeron bawa dia!" Suruh Arnold dengan lantang.
Jeron -- anak buah Arnold, melangkah maju dengan sigap untuk menarik menantu dari majikannya sendiri.
Dengan sigap pula Ali memeluk istrinya yang masih menangis "Sudah kukatakan Arnold, berani kau menyentuhnya maka kubunuh kau. Berhenti di tempatmu Jeron!"
Prilly terpelonjat kaget atas suara lantang suaminya, dirinya yang direngkuh Ali sangat kuat hanya mampu terdiam dengan rasa takutnya.
"Kau semakin susah diatur Kingston. Dan aku tidak suka itu" Arnold menatap datar putra semata wayangnya yang menurutnya semakin berani melawan.
Prilly semakin kaget dan ketakutan ketika sebelah tangan suaminya mengambil sesuatu dari bagian pinggangnya, diancungkan benda itu ke arah Arnold.
"Aku pun tidak suka kau terlalu mencampuri urusanku, jangan macam-macam atau kau mati di tempat"
"Kingston" Arnold semakin geram melihat aksi putranya yang sudah berani mengancamnya.
"Diam!" Ali melangkah dengan tetap merengkuh erat tubuh mungil istrinya, sebelah tangannya tetap mengancungkan pistol ke arah orang-orang yang berusaha menghalangi langkah mereka.
"Argh" eramnya ketika merasakan sakit di bagian punggungnya membuat rengkuhan pada istrinya terlepas.
"Ali" Prilly menjerit ketika dia sudah berpindah tangan kepada salah satu pria yang berpakaian serba hitam.
Ali menerjapkan matanya yang sedikit mengabur akibat rasa sakit di tubuhnya. Sebelah tangannya yang memegang pistol kini diarahkan pada pria itu dan Prilly.
"Tadinya aku berbaik hati tapi lebih baik kau mati, kau membuatku merasakan sakit, menyusahkan"
"Oh rupanya kau berubah pikiran Kingston"
Ali berbalik sebentar menatap Arnold lalu mengangkat sebelah sudut bibirnya menciptakan senyum licik "Tentu saja" lalu dia berbalik menatap istrinya yang masih dibekap oleh anak buah ayahnya "Nyawamu yang akan membayar rasa sakit yang kau berikan untukku"
Prilly menggeleng dengan air-mata yang semakin deras mengalir, benarkah yang ia dengar barusan? Nyatakah kejadian ini? Ia akan segera mati di tangan suaminya, orang yang sangat dia cintai. Jadi ini balasan Ali atas rasa sakit hati yang telah ia berikan, atas penghianat Calistro yang dia sendiri tidak tahu jelas ceritanya.
Kembali menggeleng pelan dan perlahan menutup matanya ketika melihat Ali mengarahkan pistol itu ke wajahnya dan mengaktifkan pin tembak. Dia ingat bahwa suaminya itu memiliki dua sisi kepribadian, Ali yang sangat baik dan Kingston yang berbanding terbalik.
'Mungkin ini akhir dari kisahku. Aku menyayangi kalian semua' ucapnya dalam hati sembari membayangkan wajah orang-orang yang dia sayangi, mulai dari keluarga, sahabat hingga suami.
Sementara Kingston yakin dan takkan menyesal melakukan ini.
'Dor'
Tanpa ragu Ali pelepas pelatuknya yang mengakibatkan sebuah nyawa melayang pagi ini. Diukirnya senyum licik dan berjalan maju merengkuh tubuh mungil itu dan pergi dari rumah Arnold.
Perlahan kelopak mata itu terbuka, degup jantung yang tak karuan menciptakan keringat dingin bercucuran di dahinya. Lalu pandangannya beralih menatap sekitar dan dirinya yang kini terduduk di kursi mobil, dengan cepat ia menoleh ke samping mendapati suaminya yang tengah menyetir dengan wajah datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURGA DINI [Selesai]
FanfictionKetika surga itu datang lebih awal karena pilihan mereka sendiri. #AliPrilly