***
Air-mata masih setia mengalir meskipun dirinya kini telah kembali menginjakan kaki di tanah kelahirannya setelah lamanya dua tahun menetap di luar negri. Menarik kopernya ia berjalan lebar memasuki tempat yang dulu ditinggalinya bersama sang suami, bola matanya menyusuri setiap ruangan ini; tak banyak yang berubah.
Wanita itu, dia memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, kembali untuk mencoba memperbaiki yang telah retak meski ia tahu bahwa itu tidak mudah, bahkan mustahil agar yang retak kembali utuh.Tak memperdulikan tatapan para staff yang heran, ia berjalan lurus ke arah kasir dimana terdapat seorang pria di sana "Titon"
Sang pemilik nama menatapnya dengan tatapan dingin, tersirat rasa kecewa namun pria itu memilih untuk diam.
"Titon Ali mana? Titon jawab gue Ali mana?" Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Titon, maka perempuan yang tak lain adalah Prilly ini berlari menaiki anak tangga menuju lantai atas "Ali hubby kamu di mana? Hubby aku minta ma'af, kita bicarain ini yah hubby" rasanya semakin tak menentu ketika melihat ruangan yang dulunya dipenuhi perabotan rumah kini sedikit kosong, tempat ini juga terlihat seperti tidak ditempati lagi.
Ia berlari turun menyusuri seisi dapur namun tetap tak menemukan Ali, ia tak tau lagi harus mencari kemana suaminya "Titon gue mohon kasih tau gue dimana Ali? Gue harus ketemu sama dia hiks hiks" Prilly mengguncang kedua lengan Titon namun pria itu tetap tak bergeming.
"Kasih tau aja Ton, kasihan dia nangis terus gini. Biarin mereka selesain masalah mereka" Martin yang tak tega melihat Prilly akhirnya ikut membujuk Titon.
"Martin lo tau di mana Ali? Kasih tau gue" Prilly sudah tidak peduli pada puluhan tatapan dari pengunjung di caffe ini, masa bodoh "Gue mohon, gue tau gue udah salah banget makanya gue pengen minta ma'af hiks hiks hiks"
"Di... Dia, dia ada di rumah" akhirnya kalimat ini terucap juga dari mulut Titon walaupun terdengar ragu-ragu.
"Ru... Rumah? Rumah orang tuanya?"
Titon dan Martin saling tatap mendengar pertanyaan Prilly, perempuan ini terlihat makin sedih ketika tak kunjung mendapatkan jawaban.
"Lo ikut gue"
***
Prilly menatap lekat rumah dengan cat putih gading di hadapannya, rumah mewah dengan pagar menjulang tinggi. Serta terlihat beberapa orang setia berjaga-jaga di depan pagar. Apa ini rumah orang tua Ali?"Ini rumah lo berdua"
Dengan cepat Prilly mengalihkan pandangannya pada Titon yang sedang menatap lurus ke depan "Ma... Maksud lo?"
"Rumah ini dibangun Ali dengan kerja kerasnya sendiri tanpa minta sepeser pun dari orang tuanya, rencananya Ali mau jemput lo buat liburan di sini sekalian kasih kejutan rumah ini ke lo, eh tapi taunya malah Ali yang dikasih kejutan sama lo" dengan gerakan perlahan Titon mengalihkan pandangannya sedikit melirik Prilly, perempuan itu seperti tidak sanggup lagi berucap sehingga hanya menangis.
"Aaa__"
"Usaha Kingston itu bukan cuma caffe itu doang Prill, masih banyak usahanya yang lain. Caffe itu aja punya cabang di beberapa kota jadi wajarlah suami lo itu banyak duit"
Prilly teringat semua perkataan Ecca dua tahun lalu dimana perempuan itu mengatakan kalau Ali kaya raya, ternyata itu benar. Tapi sayangnya selama ini Prilly belum pernah melihat usaha lain dari suaminya.
"Gue mau turun. Gue mau ketemu sama Ali"
Titon hanya mengangguk melihat Prilly yang sudah turun dari mobil dan menarik kopernya berjalan menuju rumah sahabatnya itu. Titon tak mau ambil pusing, ia yakin Kingston tidak akan berbuat yang kelewat batas pada Prilly meskipun pria itu sudah sangat termakan oleh rasa kecewa, ia segera menancap gas dan kembali ke tempat kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURGA DINI [Selesai]
FanfictionKetika surga itu datang lebih awal karena pilihan mereka sendiri. #AliPrilly