***
Papa.Satu kata yang diteriaki dengan histeris oleh keempat kaka beradik itu, melihat papa mereka terkapar tak berdaya seakan melihat dunia runtuh. Taman yang menjadi saksi bisu kebahagiaan mereka dulu kini juga menjadi saksi kesedihan teramat dalam yang dirasakan mereka.
Emily, Dominique dan Helena berlutut di hadapan papa mereka. Helena membawa kepala pria itu pada pangkuannya, tubuh mereka sama-sama bergetar melihat luka tembakan yang tepat mengenai dada sang papa, Calistro yang hanya menggenakan kemeja berbahan tipis seakan mempermudah jalan bagi peluruh itu.
Sementara Prilly seakan membeku di tempat, jiwanya terasa melayang jauh dibawa angin, di depannya ada papanya yang sudah terkapar sedangkan sa'at ia membalikan badan terlihat ayah mertuanya juga dengan keadaan yang sama.
Yah, aksi tembak menembak itu terjadi antara Calistro dan Junior. Mungkin Junior memang sudah mengikuti Prilly dari rumah hingga ke taman ini dan akhirnya terjadilah aksi itu.
Sa'at itu Calistro melihat Arnold sudah lebih dulu mencondongkan pistol ke arahnya dan tanpa pikir panjang Calistro pun melakukan hal yang sama. Prilly yang mengira bahwa Calistro mengarahkan pistol ke arahnya itu ternyata salah karena lebih tepatnya ke arah Arnold pasalnya posisi pria itu tepat di belakang Prilly namun untungnya tembakan itu tak mengenai dirinya."Ayah" Ali yang baru saja tiba dibuat lemas melihat sang ayah yang terkapar dengan luka tembakan tepat di area dada juga. Ali melangkah dan berlutut di depan ayahnya. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian tahun Ali kembali memanggil pria itu dengan sebutan ayah.
"Putraku" Arnold masih bersuara dengan sisa tenaganya, ia tersenyum kecil ke arah Ali.
"Ayah bertahan. Akan ku bawa ayah ke rumah sakit" sa'at Ali hendak mengangkat tubuh ayahnya, pria itu menolak.
"Tidak usah. Ini sudah waktuku, biarkan aku mati dengan Calistro" Arnold berusaha bernafas sejenak, ia harus bertahan sampai semua kata-katanya ia ucapkan "Sekarang semuanya selesai, tidak ada lagi permusuhan. Ja... Ah jaga keluargamu baik-baik. Ibu...mu sudah menungguku" dan Arnold menghembuskan nafas terakhirnya.
"Ayah ma'afkan Kingston" Ali bergumam kecil dengan air-mata yang tanpa dikomando sudah menetes sendiri. Biar bagaimana pun Arnold Junior adalah ayah kandungnya, orang yang sangat berjasa atas kehidupannya di dunia tanpa mengharapkan imbalan apapun darinya, meskipun ia dididik dengan cara keras namun ia tak pernah menyesal dengan pembentukan karakter dirinya yang adalah hasil karya ayahnya.
Sedangkan di lain sisi ada ketiga perempuan yang menangisi kepergian papa mereka, sama dengan Arnold, Calistro pun menolak dilarikan ke rumah sakit, baginya kematiannya ini menjadi hal terindah karena ia menghembuskan nafas terakhir di hadapan keempat putrinya.
'Dulu sa'at kalian lahir aku menyaksikan dan menunggu kelahiran kalian, dan sekarang aku bahagia karena kalian lah yang menyaksikan dan menunggu kematianku' itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Calistro sebelum ia menghembuskan nafas terakhir.
Di samping itu semua Diego memeluk erat Kayla, menyembunyikan wajah adiknya pada perutnya, Diego tak ingin adik kecilnya menyaksikan kejadian itu. Baginya Kayla tak pantas melihat kejadian sedih itu, adiknya pasti akan merasa takut.
***
Mengenakan pakaian serba hitam semua keluarga, sanak saudara, rekan bisnis dan teman berkumpul disini, berdiri mengitari dua gundukan tanah yang masih basah, mengantarkan dua sosok itu pada peristirahatan terakhir mereka.Kemarin mereka semua dikejutkan dengan kabar meninggalnya kedua bos mantan mafia yang bersahabat di masa lalu sekaligus adalah besan itu.
Prilly berdiri di samping suaminya serta di depan mereka ada Diego dan Kayla, disebelah Prilly berdiri ada Yunira dan Bella. Ali terlihat memasang muka datarnya namun Prilly tahu dibalik sikapnya itu pastilah ada kesedihan yang disembunyikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURGA DINI [Selesai]
FanfictionKetika surga itu datang lebih awal karena pilihan mereka sendiri. #AliPrilly