Part VIII [Putus]

2K 142 0
                                    

***
    "Mmm yang ini diganti aja Li, eh bukan diganti tapi ditambahin. Jadi kan selama ini menu spesial buatan kamu doang kan, kalau sekarang buatan Titon juga biar cewek-cewek jangan kecentilan sama kamu"

    Ali, Titon dan Martin. Ketiga pria ini hanya berdiam diri dan menyimak dengan baik pergantian menu yang dilakukan oleh gadis di hadapan mereka tanpa berkata apa-apa.

    "Dengar yah, Titon sama Martin juga boleh kok buatin mereka espresso special ini" Prilly mengangkat wajahnya menatap wajah ketiga pria di hadapannya "Iihh kalian dengar enggak sih aku ngomong?"

    "Dengar kok neng, kita sekarang boleh bikinin customers espresso special juga, gitu kan?"

    "Iiihh Martin pinter yeeee" gadis ini bersorak layaknya anak kecil, dan ini membuat ketiga pria ini gemas terutama Ali "Enggak apa-apa kan Li?" Tanyanya meminta persetujuan Ali.

    Dengan senyuman manis dan anggukan Ali menjawab pertanyaan kekasihnya. Tak masalah baginya jika beberapa rules di caffenya harus diubah karena dia yakin itu sama sekali tidak akan mengurangi jumlah pengunjung yang akan datang.

***
    Hari minggu ini diawali dengan pagi yang cerah, gadis berambut hitam ini dengan semangatnya berlari kecil keluar dari area rumah yang luas.

    "Prilly mau kemana?" Yang bertanya ini adalah seorang laki-laki berusia 40an dengan wajah yang masih sangat segar serta tubuhnya yang kekar.

    Prilly berhenti lalu tersenyum "Olahraga pa" yah laki-laki itu tak lain adalah ayah dari Prilly dan ketiga saudarinya yang lain.

    "Perlu pengawal?"

    Kali ini Prilly tertawa kecil mendengar pertanyaan sang ayah yang sangat protektif, dia berjalan mendekat lalu memeluk leher sang ayah dari belakang "Pa, Prilly cuma olahraga bentar doang kok dan enggak jauh. Paling cuma keliling komplek atau enggak ke taman, jadi Prilly rasa enggak usah"

    Pertama laki-laki yang diketahui bernama Romeo Calistro ini merasa ragu, namun setelah berhasil termakan oleh rayuan putri bungsunya akhirnya dia pun mengizinkan Prilly untuk pergi sendiri. Yah Romeo memang sangatlah protektif terhadap putri-putrinya terkecuali Emily karena putri sulungnya itu memilih untuk ikut bersama mantan istrinya Hanna. Namun begitu, bukan berarti Romeo akan lepas tangan pada Emily jika wanita itu membutuhkan bantuannya.
.
.
.
    Prilly berhenti sejenak untuk mengatur deru nafasnya, keringat kecil membasahi pelipisnya, entahlah sudah berapa menit dia berlari namun yang jelas ia sekarang sedang berada di sebuah taman kota yang tak sedikit jauh dari rumahnya.

    "Kayaknya gue butuh minum deh" dia mengatur langkah mendekati seorang anak berusia 10 tahunan yang berjualan tak jauh darinya. Setelah mendapatkan air mineral itu sebuah adegan menghentikan niatnya untuk membasahi tenggorokannya dengan air yang ada di genggamannya.
    "Mereka lagi" matanya memanas karena air-mata, dadanya naik turun menahan emosi. Bagaimana tidak? Perempuan yang dulu dijumpainya sedang bersama Ali kini kembali bersama Ali juga bahkan keduanya terlihat lebih mesra. Tak mau terus tersakiti akhirnya ia berlari meninggalkan tempatnya, lebih baik dia yang pergi daripada harus terjadi keributan.

    "Prilly"

    Prilly menoleh "Kaka" dia langsung memeluk orang yang dia sebut kaka barusan, bahunya gemetar karena sudah menangis.

    "Hey kamu kenapa sayang?" Wanita itu menangkup pipi chubby adiknya, tangan mulusnya tergerak untuk menghapus air-mata Prilly.

    Namun bukan menjawab dengan kata, Prilly malah hanya menggeleng, mungkin dia sedang tidak bisa bercerita sekarang.

    "Ok jangan cerita disini, ikut sama kaka ke rumah mama yah?" Dan ajakan ini pun langsung dijawab dengan anggukan patuh dari Prilly. Ikut bersama kakanya Emily jauh lebih baik daripada harus ke rumah ayahnya karena tentu Romeo akan marah jika melihat dirinya menangis.

SURGA DINI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang