Part XXIII [Selalu Ada Ali]

2.7K 154 2
                                    

***
    Perempuan ini tersenyum seraya melambaikan tangan pada sahabat dan keponakannya di sebrang jalan sana, acara jalan-jalan mereka yang tiba-tiba itu sungguh menyenangkan meskipun anggota mereka tidak lengkap tapi itu cukup untuk mengingat kembali kejadian-kejadian indah di waktu SMA dua setengah tahun lalu.
    Sa'at dia berbalik ingin melanjutkan langkah menuju mobil, seseorang yang langsung berdiri di hadapannya dan membuatnya kaget.

    "A... Ayah" ucapnya terbata sambil memegangi dadanya karena kaget.

    "Hallo Prilly, apa sudah kau sampaikan pada Calistro bahwa aku sedang mengincar nyawanya" Arnold tersenyum sinis menatap menantu satu-satunya itu.

    "Ayah aku mohon hentikan permusuhan ini, aku tahu papa memang bersalah tapi kenapa ayah tidak melakukan pembalasan ini dari dulu?" Jangan salah paham atas ucapan Prilly, ia hanya ingin berpikir dengan cara menempatkan diri sebagai bagian dari keluarga Ali. Tentu tidak ada yang bisa menerima sebuah penghianatan apalagi itu menyebabkan orang yang kau sayangi meninggal dunia.
    Dan yang ingin Prilly sampaikan adalah kenapa ayah mertuanya ini tidak membunuh papanya sejak mereka masih kecil dulu sehingga mereka juga tidak merasakan kesedihan yang mendalam jika hal itu terjadi sekarang, adil atau tidak?

    "Oh aku menunggu sa'at yang tepat Prilly"

    "Menunggu sampai 26 tahun?" Yah awal permusuhan itu adalah 26 tahun yang lalu sa'at Ali berusia 1 tahun dan sekarang manusia tampan itu sudah 27 tahun dan Prilly 20.

    "Bagaimana kalau kau yang duluan saja Prilly? Kau juga harusnya sudah habis waktu itu bukan?"

    Prilly tercengang mendengar itu, ingatan akan kejadian itu kembali berputar di otaknya "Ali tidak akan tinggal diam jika ayah berani menyakitiku"

    "Ali? Haha aku baru tahu kalau kau tidak memanggilnya Kingston seperti pada umumnya. Aku tahu dia Prilly, Ali hanya seorang pria yang penurut hahaha"

    "Terserah ayah mau bilang apa tapi yang jelas suamiku tidak akan tinggal diam"

    "Terserah juga kau mau bilang apa tapi yang jelas aku lebih cepat dari suami bahkan papamu sekaligus"

    "Ak__" sebelum Junior mendengar lanjutan kalimat ini si pemilik suara sudah dijemput oleh dewa pingsan lewat obat bius yang ditempelkan ke hidungnya melalui sebuah sapu tangan kecil oleh anak buahnya di belakang Prilly.

    Meskipun di tengah keramaian namun sama sekali tak ada yang curiga akan apa yang sedang terjadi pasalnya Junior dan Prilly tidak beradu mulut sampai Prilly berteriak minta tolong sehingga sa'at melihat Prilly pingsan orang hanya mengira bahwa itu adalah hal biasa.

***
    Kali ini Ali kembali mengambil resiko dengan mendatangi rumah Calistro secara terang-terangan, bukan hal baru jika nanti dia harus menerima bogeman dari pria itu karena yang terpenting baginya sekarang adalah keberadaan istrinya.

    "Apa saya perlu masuk tuan?"

    "Tidak usah Robert, aku hanya ingin memastikan keberadaan istriku" Ali bergegas turun, sa'at dalam perjalanan dari Bandung ia sudah berusaha menghubungi Prilly tapi nomor perempuan itu sedang tidak aktif, kabar dari Sando bahwa Prilly tidak ada di rumahnya, Titon dan Martin pun mengatakan bahwa Prilly tidak ada di ruko, dan kalau tidak di rumah Calistro maka mungkin di rumah Hanna -- mama mertuanya.

     Ali tahu bahwa Prilly belum resmi pindah tinggal bersamanya kembali, namun perasaan tak tenangnya yang membuatnya harus memastikan keberadaan istrinya.

     Mengenal Ali sebagai musuh Calistro namun juga menantu di rumah ini membuat para penjaga itu membiarkan Ali masuk, terlebih mereka tak mau babak belur percuma.

SURGA DINI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang