***
Wanita ini berdiri menatap putrinya dengan berlinang air-mata, gadis kecil yang dulu selalu ingin bersamanya kini rasanya sulit untuk digapai, bahkan untuk menatapnya saja gadis itu enggan."Sudahlah ka, enggak usah dipaksa kalau dia enggak mau" seorang wanita dewasa menghalangi niatnya untuk kembali menghampiri sang putri.
Dengan mata berkaca dia menatap mantan adik iparnya "Aku enggak bisa tenang kalau Bella terus menghindar gini Ra. Dia anakku kenapa harus bersikap seperti ini?"
"Bella masih butuh waktu ka, perlahan pasti dia akan paham kalau apa yang kaka ucapkan waktu itu hanya sebagai luapan emosi"
Nikita menunduk dan menggeleng pelan, ya wanita ini adalah Nikita yang kembali berusaha menemui putrinya setelah beberapa kali mendapat penolakan dari gadis kecil itu. Dia tak pernah menyangka bahwa kalimat yang tak sengaja diucapkannya karena emosi itu mampu menciptakan jarak baginya dan Bella. Dengan berat hati kedua kakinya beranjak pergi dengan perasaan hancur, dia kira takkan serumit ini. Duduk di bawah halte yang kosong Nikita menunduk, setetes air-matanya mulai turun membasahi kakinya. Apa keputusannya berpisah dengan Levan itu salah? Andai dia tidak meminta bercerai pasti tidak akan ada pertengkaran yang terjadi antara dia dan sahabatnya yang akhirnya membuatnya mengeluarkan kalimat yang melukai putri kecilnya. Tapi tidak, dia tidak salah mengambil keputusan untuk bercerai, dia ingin bahagia bersama Michael yang tak pernah melepasnya dan kebahagiaan mereka itu akan terlaksana bulan depan.
"Nik"
Sebuah suara memanggil namanya hingga membuatnya mendongak, tanpa menghapus air-matanya dia langsung berdiri memeluk sosok yang sudah lama tak dijumpainya ini "Lo kemana aja kenapa ngilang?" Tanyanya terisak, merasa sosok ini hadir di waktu yang tepat.
"Gue sibuk kerja, lo kenapa dah nangis di pinggir jalan begini kayak orang setres lu" sosok ini mengakhiri pelukan mereka, menatap Nikita dengan bingung.
"Gue emang lagi setres, anak gue enggak mau sama gue lagi gue enggak kuat" ucapnya dengan isak tangis yang semakin menjadi membuat sosok di depannya merasa sedikit tak tenang dengan keadaannya.
"Jangan nangis disini ah elah lu, dah ikut gue" membawa Nikita masuk ke dalam mobilnya lantas melesat pergi, untung tadi dia berniat putar arah agar mengulur waktunya untuk sampai di rumah.
***
Prilly mengelus dan mencium dahi putrinya ketika Kayla sudah benar-benar terlelap bersamaan dengan Ali yang menutup buku dongeng yang tadi dibacanya sebagai pengantar tidur si kecil. Ini menjadi kegiatan rutin mereka sejak dulu sewaktu Diego berumur satu tahun, namun kini bocah lelaki itu sudah bisa tidur sendiri maka sekarang mereka hanya bertugas menidurkan putri bungsu mereka.Setelah Ali mencium dahi gadis berpipi chubby itu mereka beranjak keluar kamar setelah mematikan lampu kamar dan hanya menyisahkan lampu tidur sebagai penerang. Tangan kiri Ali memeluk erat pinggang istrinya untuk memperkikis jarak antara mereka, sesekali ia akan mengecup pucuk kepala wanitanya yang membuat Prilly balas memeluknya erat.
'Drt'
Tangan kanan Ali meraih gawainya yang berada dalam saku celana, terdapat satu pesan yang dikirim dari tantenya dengan isi 'Besok temui tante di rumah'
"Siapa hubby?" Tanya Prilly bertepatan dengan Ali yang memasukkan kembali benda pipih itu ke saku celana.
"Tante Delima, enggak tahu mau ngomong apa"
Prilly mengangguk, enggan untuk bertanya lebih lanjut karena memang mereka belum tahu maksud adik dari ibu suaminya "Eh" terpelonjat kaget karena dirinya yang tiba-tiba digendong ala bridal style oleh Ali "Ih kalau mau gendong itu bilang dong hubby"
KAMU SEDANG MEMBACA
SURGA DINI [Selesai]
FanfictionKetika surga itu datang lebih awal karena pilihan mereka sendiri. #AliPrilly