Chapter 21 | Just Friend

22 2 0
                                    

Mau ngenalin sebagai pacar, takut gak enak. Sebagai teman dulu sekarang, nanti sebagai pacar kalau udah sah.

(^,^)

Gapapa lah, ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gapapa lah, ya?

Mendadak, biar surprise!

(^,^)

Michael sudah menunggu di depan mini market kembali. Ia berharap semoga Chelsea benar benar datang ke Mini Market tersebut dan tidak ikut ke restoran. Michael tidak masalah jika Chelsea pergi ke restoran, tapi masalahnya, jika Chelsea tidak mau dan dipaksa ikut. Itu membuatnya risi.

Ia meminum minuman yang tadi ia beli selama menunggu Chelsea. Sebenarnya dia pulang hanya untuk mandi dan kembali lagi ke tempat ini. Begitulah dia karena tidak sabar bertemu dengan Chelsea lagi.

"Kak... Maaf aku telat, papa agak curiga soalnya." jelas Chelsea yang masih mengatur nafasnya.

Michael tersenyum. "Gapapa, kita berangkat sekarang, yuk." ajak Michael.

Chelsea mengangguk. "Oke." jawabnya lalu naik ke motor Michael.

Ia seperti biasa berpegangan ke bahu Michael untuk naik ke motor tinggi tersebut. "Udah?" tanya Michael.

Chelsea mengangguk. "Udah!" jawabnya semangat.

Michael tertawa. "Yaudah, pegangan ya," suruh Michael yang dituruti langsung oleh Chelsea.

Michael sangat bersyukur karena Chelsea akhirnya bisa ikut dengannya ke rumah. Ia juga senang Chelsea berpegangan padanya, meski hanya pegangan, tapi serasa di peluk baginya.

§

"Pa! Michael pulang!" teriak Michael sambil membuka pintu rumah. Tyas dan Kyara tidak ada di rumah. Mereka berdua katanya hari ini ikut ke acara arisannya Tyas bersama beberapa orang tua teman Kyara juga.

Darren turun dari tangga dengan senyum hangat menyambut Chelsea. "Sore, Om. Saya Chelsea," sapa Chelsea dengan senyum khasnya-senyum manis yang sudah ia janjikan untuk tidak memberikannya ke sembarang orang.

Michael menyikut lengan Chelsea. Chelsea langsung menoleh. "Jangan," bisik Michael pelan.

Chelsea jadi merasa ambigu. Keningnya mengernyit. "Jangan apa?" tanyanya bingung.

"Gak peka dasar!" dengus Michael lalu meninggalkannya masuk ke ruang makan.

Chelsea ingin sekali memanggilnya untuk tidak meninggalkannya, tapi dia terlalu malu. Alhasil hanya bibir yang mengerucut yang bisa dia tampilkan sekarang tepat di hadapan Darren.

"Duduk, Chels." pinta Darren.

Chelsea langsung menoleh. "Oh? Iya, Om. Makasih," jawabnya gugup. Berada di depan rumah sebesar ini sudah membuatnya mati kutu tadi.

[✓] CHELSEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang