Chapter 19 | Menyerah

27 2 0
                                    

Benar kata orang, lebih mudah mencintai daripada membenci. Perlu bukti? Aku sudah merasakannya sendiri.

(^,^)

Gak sengaja nelepon dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak sengaja nelepon dia. Pengen bunuh diri!

Ah, jangan! Kasihan dia nanti nangis nangis liat gue mati.

(^,^)

Michael bukannya tidak peka terhadap Chelsea yang ia tinggal pulang sendiri. Buktinya dia menunggui Chelsea sampai Chelsea dijemput.

Yang membuat Michael tambah kesal. Chelsea dijemput oleh Arsen. Tapi, Michael sudah jelas percaya pada Arsen karena Arsen pernah mengatakan padanya kalau dia hanya menyukai Vania, entah kenapa juga dia menyukai perempuan yang suka mem-bully itu.

Meski sudah tidak mim-bully lagi, tapi di pikiran Michael masih lekat dengan kejadian ketika Chelsea dibully. Ia menghela nafas kemudian pergi ke arah motornya.

Benar kata Chelsea, ia sudah memutuskan untuk pergi ke rumahnya hari ini. Hanya ingin bertemu dengan Kyara, hanya itu.

§

Tok.. Tok...

Michael mengetuk pintu rumahnya yang sudah pasti besar. Punya hotel mewah yang cabangnya di mana- mana, ditambah Kafe juga, apa tidak cukup membuktikan kekayaan keluarga Darren?

Kalau kurang, keluarga Darren juga memiliki cabang perusahaan fashion yang dikelola oleh Tyas. Orderannya sudah mencapai luar negeri juga. Hanya satu yang tidak sempurna di keluarga ini, yaitu keharmonisan.

"Kak!" teriak Kyara semangat. Ia langsung memeluk tubuh tinggi itu dengan erat. Ia belum bertemu dengan Michael kira kira seminggu karena Michael punya jadwal padat-hanya alasan karena sebenarnya dia sedang broken heart.

Tyas ikut keluar dari pintu. "Akhirnya kamu pulang juga, Mic?" sapa Tyas dengan senyum ramahnya.

Michael tersenyum canggung. Ia sudah meyakinkan dirinya untuk tidak bersikap dingin di rumah ini. Kalau tidak, mungkin dia sudah mengumpat karena mamanya itu sudah merasa sok akrab.

"Mic? Akhirnya kamu pulang. Ayo, masuk." suruh Darren. Michael mengangguk dan masuk ke dalam.

Michael kira dia tidak akan disambut hangat oleh Papanya. Ternyata dugaannya salah. "Kangen papa, Mic?" tanya Darren ketika sudah meminta pelayan untuk membuatkan minuman.

"Gak. Biasa aja, udah biasa." jawabnya. Ia tidak bisa jika tidak menyindir papanya itu. "Biasa ditinggal, kan? Jadi buat apa dikangenin," lanjutnya.

Darren hanya menghela nafas menghadapi emosi Michael yang memang sudah begitu padanya sejak lama. "Kamu mau balik ke rumah ini lagi, Mic?" tanya Darren.

[✓] CHELSEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang