Melodia ㅡ Alunan Melodi

942 152 25
                                    

"Jef? Ayolah, kamu harus makan dulu. Akan aku suapi."

Luna terus memaksa Jefri untuk makan dengan cara menempelkan sendoknya tepat di bibir Jefri, namun lelaki itu terus menutup akses bibirnya, menolak untuk makan.

"Kamu belum makan sejak tadi siang, dan sekarang sudah malam. Apa kamu tidak lapar?"

"Singkirkan makanannya. Aku tidak nafsu makan." Ucap Jefri sembari menolehkan pandangannya ke arah lain.

"Makanlah beberapa sendok saja, bagaimana? Setelah itu aku tidak akan memaksa lagi."

"Ku bilang singkirkan ya singkirkan!"

Jefri meraih piring yang dipegang oleh Luna, lalu melemparnya hingga pecah dan jatuh berserakan di lantai. Luna hanya bisa pasrah melihat masakan yang dibuatnya dengan susah payah itu harus terbuang sia-sia, dan ia segera membersihkan makanan dan pecahan piring dengan memasukkannya ke dalam celemek yang ia kenakan dengan hati-hati.

"Ya sudah, tidak usah makan sampai besok. Selamat malam, Jef. Semoga kamu bermimpi buruk."

'Maaf, aku tidak bermaksud mengatakannya, tapi aku harus bersikap seperti itu agar kamu mau mendengarkanku ke depannya.'

"Berisik!"

Jefri menutup kedua telinganya lalu membenamkan tubuhnya di dalam selimut. Ia benar-benar merasa kesal karena perawat barunya itu sangat menjengkelkan. Sedangkan Luna memilih untuk keluar dari kamar Jefri dan mulai membersihkan diri setelah selesai memakan sisa makanan Jefri di dapur. Juna belum pulang, dan ia juga masih tidak tahu bagaimana cara menghadapi Jefri yang masih terlihat sangat sensitif itu.

Malam semakin larut, membuat Luna pada akhirnya memutuskan untuk membawakan segelas susu cokelat hangat untuk Jefri karena ia khawatir terhadap Jefri yang sama sekali tidak mau makan. Dengan perlahan, Luna membuka pintu kamar majikannya itu dan melihat jika Jefri sudah tertidur. Luna berjalan masuk dengan perlahan untuk menaruh susu cokelatnya di atas meja yang terletak tepat di samping ranjang, lalu dengan hati-hati ia membenarkan selimut Jefri.

'Apa kamu tidak lapar? Sampai kapan kamu akan bersikap acuh seperti ini? Lalu, bagaimana caranya agar kamu mau menerimaku sebagai perawatmu? Aku bingung harus bagaimana.'

Luna melamun sambil masih membenarkan posisi selimut Jefri, hingga ia merasakan ada sebuah tangan yang tiba-tiba saja menggenggamnya. Tangan Jefri. Luna langsung terkejut dan hendak bertanya kepadanya, namun Jefri masih terlihat tertidur. Hanya saja, ada bulir-bulir keringat yang mulai muncul pada keningnya, dan Luna beranggapan jika Jefri tengah bermimpi buruk saat ini.

'Maafkan perkataanku tadi. Apa kamu benar-benar sedang bermimpi buruk sekarang?'

Setelah membuat Jefri tenang dengan cara menepuk-nepuk pelan punggung Jefri, Luna pun mulai memikirkan bagaimana caranya agar membuat Jefri dapat tertidur dengan lelap. Ia lalu memutuskan untuk mengambil sesuatu di kamar barunya yang terletak tepat di sebelah kamar Jefri, kemudian kembali masuk ke kamar Jefri dan menaruh benda tersebut di atas meja. Luna mulai memutar kotak musik miliknya, lalu memerhatikan Jefri yang sudah terlihat mulai tenang. Setelah memastikan jika Jefri benar-benar sudah tertidur lelap, ia pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya, karena ia harus bangun pagi esok hari.

 Setelah memastikan jika Jefri benar-benar sudah tertidur lelap, ia pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya, karena ia harus bangun pagi esok hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MELODIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang