Melodia ㅡ Kembali Gelap

740 127 16
                                    

"Luna? Luna? Kenapa pandanganku kabur? Luna!"

Napas Jefri berderu dengan cepat ketika ia terbangun dengan kondisi penglihatannya yang menjadi kabur. Ia berusaha mengedipkan matanya beberapa kali, namun tetap saja penglihatannya itu tidak kembali menjadi normal.

"Luna!"

"Iya, aku ada di sini."

Jefri menoleh ke arah samping kanannya dan ia hanya bisa melihat wajah Luna dengan samar. Luna berusaha menenangkan Jefri dengan menggenggam erat tangannya sambil mengusap-usap tangan Jefri dengan lembut.

"Jef, sabar, ya? Dokter Radit pasti dapat menyembuhkan matamu. Maafkan aku, Jef. Maafkan aku karena aku tidak bisa berhati-hati hingga diculik oleh Jonas waktu itu."

Jefri menggeleng. Airmatanya menetes dari kedua sudut matanya, dan ia menggenggam balik tangan Luna sambil mencium tangan wanitanya tersebut.

"Ini semua bukan salahmu. Ini murni kesalahanku karena aku membohongimu. Maafkan aku karena aku tidak bisa melindungimu, Luna. Mungkin ini memang balasan untukku karena aku terlalu banyak berbuat salah kepadamu."

"Sstt! Jangan berbicara begitu. Lebih baik tenangkan dulu pikiranmu. Kamu tidak boleh stres, Jef. Kamu ingin sembuh, bukan?"

Jefri mengangguk sambil berusaha menenangkan dirinya sendiri. Deru napasnya masih tidak teratur, karena ia takut jika penglihatannya kembali gelap. Jefri terus mengerjap-ngerjapkan matanya, namun tetap saja tidak ada yang berubah.

"Aku takut tidak bisa melihat wajahmu lagi. Luna, aku tidak mau seperti ini. Tolong aku."

Hati Luna terasa sakit. Rasanya begitu sakit hingga ia menepuk-nepuk dadanya sendiri karena tidak tega melihat keadaan Jefri. Jefri menyentuh wajah Luna lalu mengusapnya perlahan. Ditelusurinya wajah Luna dengan tangannya, dan airmatanya kembali menetes karena mungkin saja kondisinya ini tidak akan bisa disembuhkan.

"Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Radit kemarin bilang apa? Apa kamu sudah sehat? Bagaimana dengan luka-lukamu? Maaf, waktu itu aku datang terlambat. Aku menyesal Luna, sungguh aku menyesal."

"Sudahlah, jangan memikirkan kondisiku. Aku tidak apa-apa, sayang. Dokter Radit bilang kalau ada pembengkakan akibat cedera yang kamu alami. Apa kamu ingat waktu Jonas memukulmu hingga kepalamu terbentur dinding? Sepertinya efek itu yang membuatmu seperti ini. Sekarang kamu harus tenang, dan percayakan semuanya pada dokter Radit. Jangan terlalu stres, Jef. Aku tidak ingin kondisimu semakin parah nantinya."

"Sa-sayang? Kamu memanggilku sayang?"

"Kenapa memangnya? Kamu tidak suka?" Tanya Luna lagi.

"Aku suka. Aku menyukainya. Terima kasih, Luna."

Jefri menatap Luna dengan tatapan sedihnya. Luna menyadari jika tatapan Jefri saat ini terlihat sangat memilukan hati. Seakan ia mengerti bagaimana hancurnya perasaan Jefri saat ini, dan perasaan marah Luna akibat dibohongi oleh Jefri langsung sirna begitu saja. Luna sangat mencintai Jefri, dan apapun yang akan terjadi kepadanya, ia tetap akan terus berada di sisi Jefri selamanya.

"Luna?"

"Iya? Kamu butuh sesuatu?"

"Apa waktu itu Jonas benar-benar melakukan sesuatuㅡ apa mungkin kamu sudah merasa mual-mual sekarang? Apa kamu sudah berkonsultasi dengan dokter kandungan?" Tanya Jefri penasaran.

"Apa kamu akan marah kalau aku benar-benar mengandung buah hati dari Jonas? Aku belum merasa mual dan aku juga belum ada pikiran untuk berkonsultasi pada dokter kandungan. Saat ini aku hanya ingin fokus kepadamu, Jef."

Jefri menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak marah kepadamu. Aku, aku berjanji akan menjadi ayah yang baik jika kamu benar-benar hamil. Jujur, aku merasa sakit hati ketika dia sudah berani menyentuhmu dan bahkan tega melukaimu seperti itu, tapi aku sadar jika aku juga salah. Jadi aku akan bertanggungjawab untuknya."

MELODIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang