Melodia ㅡ Stun Gun

758 134 16
                                    

"Bolehkah aku memanggilmu Amel?" Tanya Jefri ketika mereka sudah jauh dari klub milik Jonas.

"Aku lebih nyaman jika dipanggil Boba, Jef."

'Amel bukan namaku. Aku ingin kamu memanggilku dengan nama Luna, tetapi aku rasa waktunya kurang tepat. Nanti saja jika kamu sudah pulih, aku akan jujur padamu. Maafkan aku, Jefri. Aku harus berbohong kepadamu lebih lama.'

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dipanggil dengan nama Boba olehmu, dan aku menyukainya."

Jefri tersenyum lebar mendengar pengakuan Luna. Ia merasa cara yang dilakukannya selama ini sudah bisa membuat Luna menjadi jatuh hati kepadanya, dan sepertinya ia harus bergegas untuk mengatakan perasaannya kepada Luna di saat yang tepat.

"Jef, es krimmu tadi terjatuh karenaku. Mau kubelikan yang baru? Atau mau makan milikku? Kebetulan milikku juga sudah mulai mencair."

"Tidak masalah. Kamu habiskan saja es krimmu sebelum mencair. Setelah ini temani aku ke taman hiburan. Aku ingin bersenang-senang denganmu."

"Baiklah. Aku habiskan dulu es krim ku."

Luna hanya menurut dan memakan es krim yang lelehannya mulai mengenai tangan Luna. Meskipun es krim yang ia beli tadi menggunakan wadah, tetapi lelehannya sedikit tumpah karena Luna yang berlari dengan kencang ketika mejauh dari klub milik Jonas tadi, dan Jefri hanya diam sambil menunggu Luna menyelesaikan acara makannya itu.

Jefri hanya berharap setelah Luna memakan es krim tersebut, suasana hatinya bisa menjadi lebih baik dan dapat pulih seperti sedia kala. Ia tidak suka melihat Luna menangis seperti tadi. Dadanya terasa seperti tertusuk pisau tajam ketika ia mendengarkan tangisan dari wanita yang dicintainya itu.

"Mau pergi sekarang, Jef? Es krim ku sudah habis."

"Mau cuci tangan dulu, tidak? Aku yakin tanganmu lengket karena lelehan es krimnya, termasuk bibirmu."

Tangan Jefri terulur untuk meraih wajah Luna, dan dengan perlahan ia menyentuh bibir Luna, lalu mengusap sisa es krim dengan tangannya.

'Tolong, jangan memperlakukanku seperti ini. Aku semakin takut jika harus jatuh terlalu dalam. Aku takut memiliki perasaan lebih kepadamu, Jef.'

Luna memegang tangan Jefri dan menyingkirkannya dari bibirnya. Wajahnya terasa panas, dan ia takut jika Jefri menyadari hal tersebut.

"Oh, bukankah itu mantan Jonas? Wanita yang malam itu hendak kita perkosa bersama-sama, bukan? Sayangnya dia berhasil kabur karena si bodoh Jonas itu mabuk sebelum kita beraksi."

"Dia bersama dengan siapa? Kekasih barunya? Kulihat ada yang aneh dari gerak-gerik lelaki itu."

"Apa kita dekati saja mereka? Lelaki itu terlihat lemah. Kalau perlu, kita hajar kekasihnya dan bawa wanita itu kabur bersama kita. Tentunya jangan katakan ini pada Jonas."

"Hanya kita berdua?"

"Yeah, just for the two of us."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MELODIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang