Melodia ㅡ Misi Penyamaran

853 153 19
                                    

"Jef, aku pinjam topi dan kacamata hitammu. Boleh?"

"Untuk apa?"

"Agar penyamaranku mirip detektif. Karena ini adalah misi rahasia pertamaku."

Jefri memutar bola matanya dengan malas dan hanya mengangguk asal pada Luna. Sore itu mereka memang memutuskan untuk bersiap-siap pergi ke taman. Karena Luna takut ketahuan oleh Jonas, maka ia meminjam topi dan kacamata hitam milik Jefri sebagai alat penyamaran dirinya. Rambut panjangnya juga ia sembunyikan di dalam topi milik Jefri, dan tak lupa ia juga memakai masker agar tidak ada yang mengenalinya.

Juna yang pulang sebentar untuk mengambil baju ganti di rumah, mendadak tertawa terbahak-bahak ketika melihat Luna yang turun ke lantai bawah bersama Jefri dengan penampilannya yang sangat aneh itu.

"Astaga, penampilanmu lucu sekali, Amel. Aku kira siapa."

"Juna, kamu sudah pulang?" Tanya Jefri.

"Oh, aku hanya mengambil baju ganti, bang. Sepertinya aku tidak pulang malam ini karena harus lembur dan juga patroli malam. Ya Tuhan, aku masih tidak menyangka jika Amel berpenampilan seperti itu."

Luna mendengus sebal. "Pak, tolong diam! Ini misi rahasia pertama saya."

"Memangnya penampilannya seperti apa, Juna?" Tanya Jefri sedikit penasaran.

"Amel sudah terlihat persis seperti seorang pencuri, bang." Jawab Juna sembari terus tertawa.

"Lebih baik kita pergi sekarang, Jef. Pak Juna, kami izin jalan-jalan di taman dulu."

Juna hanya mengangguk sambil masih menertawakannya, sedangkan Luna sudah merasa malu dan langsung menarik tangan Jefri untuk mengikutinya. Dengan hati-hati, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, takut saja jika ada sosok Jonas yang tiba-tiba saja muncul seperti kemarin.

Setelah terlihat aman, ia dengan santainya memeluk lengan Jefri sambil berjalan menuju taman. Jefri memang menyuruhnya untuk memeluk lengannya seperti itu agar orang-orang tidak menatapnya dengan aneh. Lagi pula, ia memang tidak suka terlihat cacat di mata orang lain, sehingga sebisa mungkin ia berusaha untuk terlihat normal.

Luna berjalan sambil sesekali menoleh ke kiri, ke kanan, dan ke belakang untuk memastikan jika tidak ada seseorang yang mengikutinya. Hal tersebut tentu membuat Jefri risih karena menurutnya orang-orang pasti akan menatap curiga kepada Luna dengan penampilan anehnya itu.

"Heh, boba! Tolong berhenti bersikap mencurigakan seperti itu. Perilakumu malah mengundang tatapan aneh dari orang-orang nantinya. Biasa saja, jangan terlihat mencolok."

"Hah? Boba? Bukankah boba itu sejenis minuman, Jef?"

"Terpaksa aku memanggilmu boba, daripada aku memanggilmu babu."

"Hmm, baiklah."

Luna mulai menambah kecepatan jalannya yang awalnya pelan, menjadi sedikit cepat agar mereka bisa cepat sampai di taman. Jefri berusaha untuk terus menyeimbangkan langkahnya dengan Luna, tapi sesekali ia hampir tersandung karena Luna semakin lama semakin mempercepat langkahnya.

Beberapa langkah lagi mereka sampai di taman, dan Jefri terjatuh karena kakinya mengenai sebuah batu besar yang luput dari pandangan Luna. Dengan panik, Luna berusaha membantu Jefri untuk berdiri, lalu ia segera menggandeng Jefri kembali dan membantunya duduk di sebuah bangku yang kosong yang terletak tepat di bawah pohon sakura yang sangat rindang.

Luna berjongkok di hadapan Jefri dan hendak mengecek kaki sang majikan, namun Jefri malah menendangnya hingga Luna terdorong jatuh ke belakang. Topinya terlepas, membuat rambut panjangnya kembali terurai. Namun, Luna cepat-cepat memasukkan kembali rambutnya ke dalam topi sambil membenarkan kacamata dan maskernya.

MELODIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang