"Bang, abang tidak mau makan dulu? Ini sudah dua hari abang belum makan sejak kejadian waktu itu. Abang juga belum berganti pakaian, memangnya abang tidak gatal memakai pakaian yang sama?"
Jefri menggeleng lemah. "Abang hanya ingin menemani Luna hingga sadar."
"Kalau kak Luna bangun dan melihat penampilan abang yang acak-acakan seperti ini, kak Luna pasti juga tidak akan suka."
Jefri hanya bisa menghela napas sambil terus menggenggam dan menciumi punggung tangan Luna yang masih belum sadarkan diri semenjak lehernya disayat oleh Jonas. Untung sayatan tersebut tidak mengenai urat nadinya, sehingga Luna masih bisa bertahan meskipun sedikit banyak kehilangan darah.
"Psikopat gila itu bagaimana?" Tanya Jefri sembari menatap Juna sekilas.
"Jonas sudah diurus oleh rumah sakit kepolisian. Untung saja abang menembaknya di bahu, bisa dipecat kalau abang membunuhnya."
"Setidaknya aku masih berbaik hati padanya. Mungkin aku akan langsung menembak kepalanya jika luka yang dibuat olehnya pada Luna lebih parah daripada ini. Keadaan Luna yang seperti ini saja sudah membuat hatiku hancur berkeping-keping. Tolong, pastikan agar dia tidak bisa keluar dari penjara seumur hidupnya."
"Oh, tentu, bang. Rekanku menelepon jika ternyata kejahatan yang dilakukannya sebelum ini sudah banyak. Bahkan klub miliknya itu pun tidak memiliki izin yang sah. Jadi pasal yang akan ditanggungnya mungkin cukup banyak. Aku juga sudah menyerahkan bukti-bukti penganiayaan yang dilakukan Jonas saat menyiksa kak Luna dulu. Untung saja rekaman CCTV di dalam klubnya masih ada."
Jefri hanya mengangguk pelan dan tiba-tiba saja dia teringat jika waktu itu Jonas mengatakan kepadanya bahwa dirinya telah menghamili Luna.
"Juna?"
"Iya, kenapa, bang?"
"Kalau Luna benar-benar hamil anak Jonas, apa yang harus aku lakukan?" Jefri menatap sendu ke arah Juna, pikirannya benar-benar kalut.
"Jadilah ayah dari anaknya. Nanti bicarakan lebih lanjut saja dengan kak Luna. Tapi abang tidak marah dengannya, kan? Kak Luna hanya korban, bang."
Jefri menggeleng dengan cepat. "Abang tidak marah. Abang hanya marah pada Jonas yang sudah merusak Luna. Abang juga marah terhadap diri abang sendiri yang selalu gagal dalam melindunginya. Awalnya, abang hanya berpura-pura buta agar Luna tidak pergi meninggalkan abang. Paham kan kalau Luna pasti tidak mau tinggal lagi di rumah kita lagi jika abang sudah sembuh? Abang hanya tidak mau dia bertemu dengan Jonas. Tetapi, abang tidak berpikir jika kecerobohan abang kemarin membuatnya diculik. Abang merasa bersalah Juna, dan abang merasa gagal melindunginya."
"Bang, abang tahu tidak? Sejak tadi ternyata kak Luna sudah sadar. Calon kakak iparku, maaf karena kemarin aku sempat melihat ehm, anuㅡ itu, tubuhㅡ"
"Tidak apa-apa, sudah terlanjur juga." Jawab Luna pelan.
Jefri membulatkan matanya dan langsung menolehkan kepalanya pada Luna. Jefri hanya bisa meneguk salivanya sendiri ketika ia sedang ditatap dengan tatapan mematikan dari Luna.
"Sa-sayang? Sudah sadar?" Tanya Jefri takut.
"Kenapa kamu berbohong?"
"Maaf."
Jefri menundukkan kepalanya dengan lesu. Ia sudah pasrah jika kebohongannya kemarin akan membuat Luna menjadi membencinya.
"Aku panggilkan dokter sebentar."
Juna yang tidak ingin mengganggu pembicaraan mereka, memilih keluar dengan alasan memanggil dokter. Ia hanya tidak ingin ikut campur dengan masalah percintaan kakaknya yang penuh drama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELODIA
Romance[Jung Jaehyun ㅡ End] ❝Jatuh cinta pada dirimu adalah hal yang terindah dalam hidupku, karena cintamu itu dapat mengubahku menjadi yang sempurna di matamu. Meskipun pada kenyataannya, aku tidak sesempurna itu.❞ ⠍⠑⠇⠕⠙⠊⠁ Jefri, adalah seorang lelaki p...