Setelah berbincang sebentar, Radit mengajak Jefri untuk melakukan beberapa tes karena ia juga perlu melihat apakah kornea yang akan dicangkokkan pada mata Jefri benar-benar cocok atau tidak.
Radit melakukan tes slit lamp untuk memeriksa keadaan kornea, iris, dan juga lensa mata Jefri. Tak lupa ia juga melakukan tes oftalmoskopi untuk melihat keadaan organ area belakang mata dengan menggunakan alat oftamoskop.
Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengecek kondisi si calon penerima cangkok kornea agar tidak terjadi komplikasi setelah melakukan operasi. Selain itu, pengukuran mata juga perlu dilakukan untuk melihat apakah ukuran kornea yang pasien butuhkan sesuai dengan kornea dari sang pendonor.
"Pemeriksaan udah selesai. Jef, lo bersedia gak kalo mulai malam ini lo menginap di rumah sakit? Kalo bisa, nanti bakal gue majuin operasi lo secepatnya. Kalo lo di sini, gue jadi gampang buat mantau kondisi lo. Terus juga lo gak boleh stress, gak boleh gugup atau takut, karena hal tersebut ditakutkan akan mengganggu keberhasilan operasi lo nanti. Terus lo juga harus mulai berhenti minum suplemen atau obat kalau misalnya lo selama ini selalu minum obat, apapun jenis obatnya."
"Tenang saja, selama ada Luna, aku sudah tidak bergantung dengan obat-obatan lagi. Selama ada Luna, di mana pun aku berada, aku tidak masalah. Sayang, temani aku tidur di sini mulai malam ini, ya?" Pinta Jefri pada Luna.
"Dasar bucin."
Radit terkekeh melihat Juna yang tengah mencibir perkataan kakaknya. Sama halnya dengan Luna yang tengah menjitak belakang kepala Jefri dengan pelan, malu karena dirinya sekarang ditatap juga oleh Radit.
"Memangnya sebucin apa si kanebo kering ini sama ceweknya? Gue penasaran." Tanya Radit penasaran.
"Dokter mau tahu? Saya sebagai adik dari Jefri sudah lelah menghadapi tingkah aneh kakak saya. Ya, saya senang karena dia tidak kaku dan dingin lagi seperti dulu, tetapi tingkah manjanya itu terlalu berlebihan, membuat saya cemburu."
Jefri mencubit pelan paha Juna yang sedang duduk di sampingnya, namun Juna tetap tidak berhenti berbicara dan malah menyebarkan semua aib Jefri di hadapan Radit. Teman lamanya itu dengan serius mendengarkan ocehan Juna sambil terus tertawa terbahak-bahak, tidak tahu jika ternyata Jefri bisa bertingkah manja terhadap kekasihnya.
"Gue seneng lo bisa berubah, Jef. Gue harap hubungan kalian bisa langgeng. Untuk ehm, Luna? Tolong jaga teman saya ini baik-baik, ya? Kalau tingkahnya sudah sampai ke tahap yang seperti ini, berarti dia memang benar-benar sangat mencintai kamu."
Luna hanya mengangguk pelan sambil menundukkan kepalanya, tidak berani untuk menatap Radit meskipun dia adalah teman dekat Jefri.
"Ya sudah, sekarang akan aku siapkan kamar untuk Jefri dulu. Juna, bisa tolong bawakan beberapa pakaian ganti atau hal apapun yang Jefri butuhkan selama di sini sampai operasi? Agar kamu juga tidak perlu bolak balik lagi nanti. Kamu juga sama seperti kakakmu, bukan? Seorang polisi maksudku. Jadi, aku tahu kalau kamu pasti sibuk."
Juna mengangguk paham. "Tenang saja, dok. Setelah ini saya akan pulang sebentar untuk membawakan keperluan bang Jefri. Tidak mungkin juga saya menyuruh kak Luna untuk pulang dan mengambilkan keperluannya, bukan? Lagi pula, saya tahu kalau bang Jefri pasti akan menahan kak Luna di sisinya terus. Dasar bucin!"
Jefri lantas merajuk. "Juna, kamu mau melihat kakakmu ini dingin seperti dulu atau yang seperti sekarang, hmm? Kalau cemburu, cari pacar sanaㅡ aaaaaarrrrkkkhhh!"
Luna mencubit perut Jefri dengan kuat, membuat si pemilik berteriak kesakitan. Bukannya prihatin dengan Jefri, Juna dan Radit malah tertawa semakin kencang ketika Jefri hanya bisa pasrah sambil mengusap-usap bekas cubitan di perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELODIA
Romance[Jung Jaehyun ㅡ End] ❝Jatuh cinta pada dirimu adalah hal yang terindah dalam hidupku, karena cintamu itu dapat mengubahku menjadi yang sempurna di matamu. Meskipun pada kenyataannya, aku tidak sesempurna itu.❞ ⠍⠑⠇⠕⠙⠊⠁ Jefri, adalah seorang lelaki p...