Melodia ㅡ Surat Jonas

762 127 29
                                    

Setelah Jefri diperbolehkan keluar dari rumah sakit, seminggu kemudian ia segera melangsungkan acara pernikahannya dengan sangat sederhana bersama Luna. Semua teman dekat dan rekan kerja Jefri datang, ikut menjadi saksi cinta Jefri dan juga Luna yang akhirnya sudah mereka persatukan dalam ikatan pernikahan sehidup semati.

Mereka bertepuk tangan sambil bersorak sorai ketika mereka menyatukan bibir mereka setelah mengucapkan janji pernikahan. Kedua mempelai terlihat bahagia, dan para tamu undangan pun juga tidak kalah bahagianya. Di sana, juga hadir orang tua dari kedua belah pihak, namun mereka memilih untuk melihat dari jauh, dan segera pergi begitu acara selesai. Orang tua angkat Jefri merasa tidak pantas untuk menemui Jefri, begitupun juga orang tua Luna dan adiknya yang juga memilih untuk pergi setelah acara selesai.

Mereka memang mendapatkan undangan dari Juna, namun mereka tahu jika anak mereka sudah tidak akan menerima kehadiran mereka kembali. Perusahaan orang tua Juna mengalami kebangkrutan dan mereka memilih untuk tetap tinggal di Chicago dengan hidup sederhana, sedangkan Vio dan orang tuanya diusir dari rumah yang mereka beli di Jepang karena surat-surat kepemilikan rumah yang mereka miliki ternyata palsu.

Meskipun kedua orang tua mereka menyesali perbuatan mereka, mereka tetap tidak ingin meminta maaf karena mereka tahu perbuatan mereka tidak akan pernah bisa dimaafkan. Meskipun demikian, saat itu Jefri dan juga Luna tahu bahwa kedua orang tua mereka ternyata datang untuk melihat acara keduanya. Keduanya tidak memendam benci kepada kedua orang tua mereka, hanya saja, mungkin mereka masih memiliki trauma yang mendalam sejak kejadian yang pernah mereka alami sebelumnya. Sehingga, akan butuh waktu untuk dapat memaafkan mereka.

Setelah acara pernikahan mereka selesai, sebenarnya Jefri ingin langsung membawa pulang Luna dengan masih menggunakan gaun pengantinnya, namun Luna merasa tidak betah dan pada akhirnya Jefri saat ini sedang berada di luar gedung sambil menunggu Luna yang sedang berganti pakaian. Juna yang sedang mencari Jefri, pada akhirnya menemukan sosok kakaknya itu sedang berdiri di samping mobilnya, terlihat sekali kakaknya itu sudah tidak sabar untuk menunggu Luna yang tidak kunjung selesai.

"Bang? Aku cari daritadi ternyata abang di sini. Kenapa tidak menemani kakak ipar di dalam?"

"Dia menyuruhku menunggu di sini. Sebenarnya abang juga ingin masuk dan membantunya berganti pakaian. Tapi dia pasti akan marah."

"Pfffttt! Jangan sampai abang jadi pihak yang lemah, sedangkan kak Luna jadi pihak yang kuat. Jangan membuat malu adikmu ini bang, hahaha."

Jefri menatap malas adiknya. "Kalau kamu kemari hanya untuk mengejek abang, lebih baik pergi, sana! Menyebalkan sekali!"

"Hmm, aku hanya ingin mengatakan jika tadi orang tua kita datang."

"Abang tahu. Apa mereka mengajakmu untuk tinggal bersama mereka? Jika iya, lebih baik ikut mereka saja. Lagi pula abang sudah tidak sendirian lagi sekarang."

"Mereka tidak mengajakku pergi. Mereka tahu kalau adikmu ini tidak akan pernah mau meninggalkan kakaknya sendirian. Aku akan tetap tinggal bersama kalian, baru setelah aku menikah nanti, aku akan tinggal di rumahku sendiri."

Jefri tersenyum dan memeluk Juna dengan erat. Meskipun mereka hanya saudara tiri, namun di mata orang lain, mereka tetap terlihat seperti saudara kandung. Terlihat begitu dekat dan akrab, bahkan keakraban mereka melebihi saudara kandung yang umumnya lebih sering bertengkar satu sama lain.

"Oh iya, waktu itu abang sempat memberi Jonas undangan pernikahan?"

Jefri melepaskan pelukannya dan mengangguk pada Juna sebagai jawaban. Ia mendadak bingung karena tiba-tiba saja Juna menyebutkan nama Jonas lagi.

"Iya, untuk pamer saja. Lagi pula aku tahu dia tidak akan bisa datang."

"Bang, aku ingin memberitahu abang sesuatu tentang Jonas, tapi janji hanya abang saja yang tahu. Jangan beritahu kak Luna."

MELODIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang