"Setelah makan, apa yang akan kamu lakukan, Jef?"
"Bukan urusanmu." Jawab Jef dingin.
"Aku hanya ingin membersihkan ranjangmu. Kalau kamu di sini terus, aku tidak bisaㅡ"
"Cerewet!"
Jefri berdiri dan berjalan perlahan sambil meraba udara menuju arah balkon, meninggalkan Luna yang sedari tadi masih menyuapinya.
"Makananmu belum habis, Jef."
Jefri mengepalkan kedua tangannya, lalu menendang kursi yang hendak ia duduki. Ia begitu kesal karena perawat barunya itu selalu banyak bicara.
"Diam! Atau aku terjun dari sini!"
Luna memilih untuk diam daripada Jefri terjun dari lantai dua kamarnya. Luna kemudian membawa sisa makanan Jefri ke dapur, lalu mulai membersihkan ranjang Jefri. Sesekali, ia melirik Jefri yang hanya duduk diam di balkonnya, dan ia begitu menyesal karena kehidupan Jefri harus direnggut akibat perbuatan adiknya. Oleh karenanya, Luna berjanji pada dirinya sendiri jika ia akan berusaha keras untuk membuat Jefri bangkit kembali. Intinya, ia harus berusaha sekuat tenaga, dan ia juga harus tahan dengan perangai buruk Jefri saat ini. Demi Vio, hanya demi Viola, adiknya.
"Jef." Panggil Luna pelan.
"Hm."
"Aku sudah selesai membersihkan ranjangmu. Kalau begitu, aku mau mencuci di belakang dulu."
"Tunggu, aku harus mengecek hasil kerjamu. Siapa tahu kamu tidak becus melakukannya. Bisa saja kamu hanya berpura-pura karena tahu jika aku tidak bisa melihat hasil kerjamu."
Jefri memilih berdiri dari duduknya, lalu berjalan kembali ke dalam kamarnya dengan cara meraba dinding. Luna hendak membantunya, namun Jefri malah mendorong Luna dengan kasar.
"Aku tidak butuh bantuanmu! Jangan berani menyentuhku dengan tangan kotormu itu!"
Luna merasa sakit hati dengan perkataan Jefri, namun ia tetap berusaha untuk menahan diri. Ia hanya menundukkan kepalanya dan membiarkan Jefri untuk mengecek hasil kerjanya, takut jika Jefri akan memarahinya kembali jika ia melakukan kesalahan. Jefri mulai meraba ranjangnya dengan kedua tangannya, lalu sebelah tangannya mencari sesuatu di bawah bantal, namun sesuatu yang dicarinya tersebut tidak ada.
"Dimana bunga krisan yang aku taruh di bawah bantalku?"
"Oh? Iㅡitu? Aku buang karena sudah layu. Aku kira kamu lupa tidak membuangnya, jadiㅡ"
Jefri menghela napas kasar. "Mendekatlah kepadaku sekarang juga."
Luna menurut dan mendekat kepada Jefri. Dengan perlahan tangan Jefri menyentuh pipi Luna, laluㅡ
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Luna. Luna terkejut karena Jefri tiba-tiba saja menamparnya tanpa alasan. Apalagi tamparan itu cukup keras hingga membuat pipi Luna memerah.
"Dasar babu tidak berguna! Kenapa kamu membuang bunga krisanku, hah? Sudah ku bilang jangan seenaknya menyentuh barang-barangku tanpa seizinku!"
"Kamu tidak bilang tentang itu sebelumnya. Jadi aku kiraㅡ"
Plak!
Tamparan kedua kembali mendarat mulus di pipi Luna, membuat Luna hanya bisa meringis kesakitan sambil memegangi pipinya.
"Ambil kembali bunga krisan yang kamu buang itu. Sekarang!"
Luna berlari keluar kamar Jefri sambil menahan airmatanya yang hendak keluar. Ia tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan yang kasar darinya, dan ada perasaan sakit luar biasa yang kini menjalar di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELODIA
Roman d'amour[Jung Jaehyun ㅡ End] ❝Jatuh cinta pada dirimu adalah hal yang terindah dalam hidupku, karena cintamu itu dapat mengubahku menjadi yang sempurna di matamu. Meskipun pada kenyataannya, aku tidak sesempurna itu.❞ ⠍⠑⠇⠕⠙⠊⠁ Jefri, adalah seorang lelaki p...