"Kalian berdua dari mana saja? Aku hampir membuat laporan orang hilang karena kalian berdua tiba-tiba menghilang dari rumah."
Luna melepaskan tangan Jefri ketika mereka sudah sampai di depan pagar, lalu ia membungkuk dengan sopan sambil meminta maaf kepada Juna yang terlihat marah, namun Jefri malah meraih kembali tangan Luna dan menggenggamnya. Juna melirik tingkah kakaknya itu sambil berusaha tetap memasang wajah berpura-pura marah terhadap Luna, padahal dalam hati ia berteriak kegirangan, merasa bahagia karena kakaknya sepertinya sudah mulai menganggap keberadaan Luna.
'Sepertinya abang sudah mulai bergantung kepada kak Luna. Aku ingin tertawa melihat tingkah bang Jefri, tetapi aku tetap harus menahannya. Jangan sampai kak Luna menyadarinya. Belum saatnya rahasia ini terbongkar.'
"Hmm, Amel, kenapa diam saja? Kalian tadi habis dari mana?"
"Hanya ke supermarket, pak. Kami hanya membeli beberapa makanan ringan."
"Kamu meninggalkan rumah dengan membiarkan pintunya tidak terkunci seperti itu? Kalau ada pencuri bagaimana, hmm?" Tanya Juna dengan ekspresi berpura-pura marah.
"Juna, sudahlah. Kamu lebih baik urusi saja pekerjaanmu, dan biarkan aku bersenang-senang dengan Boba di rumah. Kebetulan setelah ini aku ingin menonton film bersama Boba."
Juna tersenyum simpul, tetapi sebisa mungkin ia hiraukan dulu kakaknya itu untuk saat ini. "Amel, aku ingin berbicara sebentar denganmu. Bisa tinggalkan abangku sejenak?"
"Tidak bisa! Dia harus menemaniku menonton film!" Jefri mengarahkan pandangannya pada Juna, sembari terus menggenggam erat tangan Luna.
Luna hanya menatap malas Jefri yang masih kekeuh ingin menonton film, dan tentunya ia lebih menuruti perintah Juna daripada Jefri. Luna pun berusaha kembali melepaskan tangan Jefri yang sedari tadi masih menggenggamnya dengan erat, lalu ia berjalan mendekat ke arah Juna agar Jefri tidak dapat menahan tangannya seperti tadi.
"Kenapa kalian tidak bicara di sini saja? Memangnya pembicaraan kalian bersifat rahasia? Memangnya aku tidak boleh tahu? Kenapa kalian diam saja, hah?" Jefri mengulurkan kedua tangannya ke depan, sebal karena keduanya malah mengacuhkannya.
Juna dan Luna sama-sama tidak menjawab pertanyaan Jefri. Juna lalu memberi kode pada Luna untuk mengikutinya masuk ke dalam mobilnya, karena ia tidak ingin Jefri menguping pembicaraan mereka. Jefri yang mendengar langkah kaki keduanya menjauh darinya, memutuskan untuk berjalan mengikuti mereka dengan langkah tertatih. Sesampainya di depan mobil Juna, ia mulai meraba pintu mobil dan hendak membukanya, namun pintu tersebut ternyata telah dikunci oleh Juna dari dalam.
"Juna?? Buka pintunya!!! Juna!!! Buka pintu mobilnya! Aku juga ingin masuk! Juna!!! Boba!!! Tolong bukakan pintu mobilnya!"
"Pak?"
"Sudah, biarkan saja."
Juna hanya bisa menertawakan tingkah kakaknya yang masih berusaha membuka pintu sambil menggedor-gedor kaca jendelanya, lalu ia mengalihkan pandangannya dan mulai berbicara serius dengan Luna.
"Pertama. Mulai sekarang, berhenti memanggilku dengan kata 'pak', panggil namaku saja karena umurku lebih muda darimu. Intinya, anggap saja aku sebagai temanmu, karena terasa sangat canggung ketika kamu memanggilku dengan sangat sopan seperti itu. Kedua, aku sudah berhasil menangkap Jonas dan saat ini ia masih berada di kantor polisi. Apa kamu berkenan untuk melaporkannya atas tindak kekerasan dan penganiayaan agar dia dipenjara? Kamu bisa melakukan Visum et Repertum sebagai korban hidup, dan nanti hasilnya bisa dijadikan barang bukti untuk memenjarakan Jonas."
Luna terlihat sedang berpikir sejenak sambil sesekali melirik Jefri yang kini terlihat sedang menempelkan telinganya di kaca jendela karena ingin menguping pembicaraan mereka, dan Luna hanya bisa tertawa melihat tingkah lucu Jefri tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELODIA
Romance[Jung Jaehyun ㅡ End] ❝Jatuh cinta pada dirimu adalah hal yang terindah dalam hidupku, karena cintamu itu dapat mengubahku menjadi yang sempurna di matamu. Meskipun pada kenyataannya, aku tidak sesempurna itu.❞ ⠍⠑⠇⠕⠙⠊⠁ Jefri, adalah seorang lelaki p...