Melodia ㅡ Testpack

1.3K 156 144
                                    

Beberapa tahun kemudian...

"Sudah kubilang berapa kali untuk berhenti saja menjadi detektif! Sekarang apa akibatnya? Kamu tidak kasihan denganku dan anak kita, hmm? Kamu membuatku khawatir, Jefri!"

"Maaf, jangan marah, sayang. Janji ini yang terakhir kalinya. Setelah ini aku akan lebih berhati-hati lagi."

Jefri yang baru pulang dari kantor setelah diantar oleh salah satu rekannya itu langsung dihadiahi omelan oleh Luna. Pasalnya, rekannya bercerita bahwa suaminya itu terlibat perkelahian dengan seorang pencopet dan tidak sengaja kepalanya kembali terbentur ketika melawan pencopet tersebut. Sebenarnya, rekannya itu ingin membawa Jefri ke rumah sakit, namun Jefri sudah menjelaskan semuanya kepada rekannya, sehingga ia akhirnya diantarkan pulang dengan keadaan yang terlihat acak-acakan.

Setelah rekannya pergi, Luna langsung menggandeng Jefri dan menuntunnya untuk berjalan masuk ke kamar, karena ia tahu penglihatan suaminya itu kembali gelap setelah terbentur seperti dulu. Sebenarnya, Luna masih ingin memarahi Jefri, tetapi ia mencoba untuk meredamnya karena tentu ia lebih khawatir dengan kondisi suaminya itu.

"Papa, mainan baru Janu mana? Katanya papa mau beliin mobil buat Janu."

Jefri yang baru saja merebahkan diri di ranjang, harus kembali mendudukkan dirinya sambil menoleh ke arah suara anaknya yang tiba-tiba saja menagih meminta mainannya. Namanya Janu Araska. Umurnya belum genap lima tahun, tetapi anak tersebut sangat cerewet, bawel dan bahkan sangat hiperaktif sekali. Berbanding terbalik dengan kedua orang tuanya yang sama-sama tenang. Namun, sepertinya sifat Janu sedikit banyak menurun dari Jefri, apalagi ketika ayahnya itu sedang dilanda bucin akut dengan istrinya.

"Oh, astaga! Mobil Janu tertinggal di kantor, sayang. Besok papa ambilkan, ya?" Jawab Jefri.

"Janu maunya sekaranggg!"

"Sayang, papa lagi sakit mata. Besok saja, ya? Lebih baik Janu sekarang main yang lain dulu, biarkan papa istirahat dulu. Nanti mama belikan es krim kesukaan Janu kalau Janu mau menurut." Ucap Luna berusaha menjelaskan.

"Gamauuu!" Teriak Janu kesal.

"Janu, mau papa bisikin sesuatu, tidak?"

Janu hanya mengangguk dan segera mendekat kepada papanya, dan Luna yang masih berada di samping suaminya itu lantas berbisik kepada Jefri jika anaknya itu mengangguk kepadanya. Lalu, Jefri mengulurkan kedua tangannya untuk meraih Janu sambil membisikkan sesuatu pada anak semata wayangnya itu.

"Sekarang mobil barunya Janu lagi bertugas di kantor papa buat nemenin om Juna menangkap penjahat, jadi baru bisa papa kasih ke Janu besok. Mata papa lagi sakit, sayang. Besok janji papa ambilkan mobilnya. Oke, kapten?"

Janu lantas menatap Jefri heran. "Papa sakit mata? Mau Janu tiup biar sembuh, ndak?"

"Boleh. Tiup pelan-pelan, ya?"

Luna terkekeh karena bukannya meniup mata Jefri, anaknya itu malah menyemburkan air liur di mata suaminya. Jefri hanya bisa tertawa sambil mengusap pelan matanya, lalu menghujani Janu dengan kecupan di wajah mungil anaknya itu.

"Papaaa! Masa Janu diilerin! Ih, papa jorok! Mending Janu main ke rumah Dodo aja, soalnya papa gak asik!"

Janu menggeliat dan berusaha untuk turun dari gendongan Jefri, dan Jefri terpaksa menurunkan anaknya itu, lalu ia turun dari ranjang untuk berjongkok di hadapan anaknya.

"Kalau Janu mau main, harus bilang apa dulu sama papa dan mama, hmm?"

"Papa, mama, Janu mau minta izin main ke rumah Dodo. Boleh, ya? Nanti jewer aja kalo Janu ndak pulang-pulang."

MELODIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang