Melodia ㅡ Sandiwara Kedua

807 142 20
                                    

Luna menaiki tangga sambil melamun. Pikirannya bercabang, berusaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang sejak tadi terus terngiang dalam pikirannya. Tentang foto dirinya yang tersimpan dengan rapi di dalam ponsel milik Jefri yang kini tengah ia pegang.

Luna ingin menanyakan langsung kepada Jefri, namun ia takut hal tersebut akan membuat Jefri semakin marah kepadanya. Saat ini, ia tengah berdiri mematung di depan pintu kamar Jefri sambil terus menggenggam ponsel majikannya itu. Bingung antara harus masuk ke dalam kamarnya atau tidak.

Setelah beberapa saat terdiam, ia pun memutuskan untuk mengetuk pintu perlahan, lalu membuka pintu kamar Jefri. Luna menggigit bibirnya sambil berjalan masuk, hanya berniat untuk mengembalikan ponsel milik Jefri.

"Sudah tidur, Jef?"

Tidak ada jawaban dari Jefri. Jefri hanya mengacuhkannya dan terus berdiam diri dalam posisi tidurnya. Posisi tidurnya memang membelakangi pintu masuk, sehingga yang bisa Luna lihat hanyalah punggung Jefri.

'Haruskah aku bersandiwara lagi agar Luna mau tidur denganku? Hmm, sepertinya aku punya ide.'

Luna kembali bersuara. "Maaf mengganggu tidurmu, aku hanya inginㅡ"

"Junaaaa!!!!! Junaaaaaa!!! Junaaaaaaaaa!!!!"

Tiba-tiba saja Jefri menyibakkan selimutnya sambil berteriak memanggil nama Juna berulang kali, membuat Juna langsung muncul di depan pintu sambil terengah-engah. Luna menutup kembali kedua telinganya karena suara lengkingan Jefri, dan ia hanya bisa mengendikkan bahu kepada Juna yang meminta penjelasan lewat ekspresi wajah bingungnya.

"Junaaaaa!!!"

"Iya, ada apa, bang? Kenapa teriak-teriak lagi?"

"Berikan obat tidurku. Aku tidak bisa tidur, kepalaku pusing."

Juna terlihat khawatir dan langsung mendekat untuk mengecek kondisi Jefri, namun Jefri terlihat baik-baik saja. Biasanya, Jefri akan berkeringat dingin dan terlihat gelisah jika tidak bisa tidur, namun kali ini tidak.

"Abang tidak bisa tidur lagi? Mau ku putarkan alunan melodi dari kotak musik Amel tidak?"

Jefri menggeleng cepat. "Aku butuh obat tidurku! Cepat berikan padaku!"

"Aku temani tidur saja ya, bang? Kebetulan aku juga sudah mengantuk." Tawar Juna.

"Cepat berikaaaaannn!!!"

Jefri terus berteriak sambil menengadahkan tangannya, meminta diberikan obat tidur oleh Juna. Memang Juna yang menyembunyikan semua obat Jefri, karena jika tidak, bisa-bisa Jefri meminum semua obat yang ada untuk membunuh dirinya sendiri. Seperti awal ketika Jefri belum bisa menerima keadaannya, Jefri terus saja berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri, meskipun Juna selalu berhasil menggagalkan niatnya.

Juna kini merasa sedih karena ia mengira jika Jefri kembali bertingkah seperti waktu itu. Ia kini malah menatap Luna, meminta bantuan kepadanya sambil memohon. Padahal, ia tidak tahu saja jika Jefri sedang bersandiwara lagi.

"Jef?" Panggil Luna pelan.

Jefri berpura-pura geram, lalu bergegas turun dari ranjang sambil berjalan ke arah lemari yang ada di pojok kamarnya dengan meraba sekitar. Ia membuka seluruh laci dan berusaha untuk mencari obat tidurnya yang sebenarnya ia sendiri tidak tahu di mana Juna menyimpannya.

Kesal karena tidak kunjung menemukan apa yang diinginkannya, ia menarik keluar semua pakaiannya dan membuangnya ke lantai. Ia sudah merasa benar-benar kesal karena Juna dan Luna bahkan masih diam saja sejak tadi, padahal ia hanya menginginkan satu kalimat saja dari bibir Luna.

'Boba, cepat katakan jika kamu akan menemaniku tidur. Apa aku harus benar-benar marah sampai kamu mau menuruti keinginanku?'

Juna berusaha mencengkeram bahu Jefri untuk membuatnya berhenti membuang pakaiannya, namun Jefri dengan kasar mendorong adiknya itu agar menyingkir darinya.

MELODIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang