Melodia ㅡ Pertengkaran Kecil

832 149 17
                                    

"Jef?"

"Hm."

"Jadi jalan-jalan ke taman? Mumpung kamu juga sudah berada di luar rumah."

"Tidak. Aku sudah tidak mood."

"Kenapa?"

"Mau kutampar lagi, hah? Tidak usah mencari muka di depan adikku kalau kamu mau terus bekerja di sini!"

Luna lagi-lagi hanya bisa menghela napas, lalu memutuskan untuk menutup pagar dan mengajak Jefri masuk. Namun, pandangannya tiba-tiba saja menangkap sesosok pria yang sedang berjalan di sekitar kompleks rumahnya.

'Jonas? Sedang apa dia berada di sekitar sini? Matilah aku, dia tidak boleh melihatku di sini.'

"Jef, ayo cepat masuk."

Jefri yang sedang berjalan dengan perlahan sambil meraba sekitar itu terkejut ketika tangannya di tarik paksa oleh Luna. Jefri hendak memberontak, namun ia terpaksa berjalan cepat memasuki rumah karena Luna terus mencengkeram tangannya dengan kuat.

Luna bergegas menutup pintu dan menguncinya, lalu ia mengembuskan napas karena lega bisa menghindar dari Jonas. Sepertinya, Luna melupakan keberadaan Jefri yang sejak tadi hanya diam di belakangnya, dan ketika ia berbalik badan, Luna tidak sengaja menubruk Jefri hingga memeluknya secara refleks.

Luna dapat mencium aroma khas tubuh Jefri yang beraroma maskulin, dan tiba-tiba saja jantungnya berdegup dengan kencang. Ia sendiri tidak mengerti mengapa detak jantungnya tiba-tiba seperti ini. Sama halnya dengan Jefri, ia juga kembali mencium aroma wangi bunga yang selalu tercium dari diri Aluna, dan ia kembali kesal karena kehadiran Luna membuatnya selalu teringat akan Aluna. Padahal mereka adalah orang yang sama.

Dengan kasar, Jefri menghempaskan Luna hingga tubuhnya membentur pintu di belakangnya, lalu Jefri berjalan kembali ke kamarnya, membiarkan Luna yang terduduk di lantai sambil meringis kesakitan.

Bayangan ketika Jonas mulai menyakitinya kembali muncul dalam benaknya. Jonas pernah menendangnya, membenturkan kepalanya berkali-kali ke dinding hingga berdarah, dan bahkan memukuli badannya dengan tongkat baseball hingga badannya penuh lebam.

Bulir-bulir airmata mulai turun dengan deras dari pelupuk matanya. Ia merasa bahwa tidak ada seorang pun yang mau menerima kehadirannya di sini. Tetapi dengan sekuat tenaga, ia berusaha untuk terus bertahan, setidaknya sampai Jefri mendapatkan penglihatannya kembali. Baru setelah itu, ia akan pergi dan mengasingkan diri ke tempat terpencil dan hidup menyendiri, di mana orang-orang tidak akan bisa menemukan keberadaannya.

'Baiklah, akan ku ikuti caramu. Kamu kasar kepadaku, aku juga akan kasar kepadamu. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku tidak bisa terus diinjak-injak seperti ini.'

Jefri yang sudah berhasil kembali ke kamarnya, merasa sedikit bersalah karena ia tadi telah berlaku kasar kepada Luna. Ia memang mendengarkan suara rintihan kesakitan dari Luna, namun ia enggan untuk menolongnya. Ia sadar jika sikapnya ini mulai berubah setelah kecelakaan itu, namun salahkan Jefri karena ia juga tidak bisa mengontrol emosinya sendiri.

'Aku tidak mau bersikap baik kepadanya agar dia tidak jatuh cinta kepadaku, karena hanya ada satu wanita yang akan ku cintai sampai mati, meskipun mungkin aku tidak akan pernah mendapatkan cintanya.'

'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MELODIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang