Melodia ㅡ Jatuh dari Tangga

863 143 20
                                    

"Eum, Jef?"

Luna membuka kedua matanya dan menatap Jefri yang sedang tidur di sampingnya. Luna terkesan dengan wajah tampan Jefri yang tiba-tiba saja hadir di dalam mimpinya. Dia belum menyadari jika hal yang dialaminya adalah kenyataan, bukan mimpi.

"Hmm?"

"Kenapa kamu bisa masuk ke dalam mimpiku?"

"Mimpi? Memangnya di mimpimu aku sedang apa?" Tanya Jefri penasaran.

"Kamu sedang tidur bersamaku, seperti sekarang ini."

Jefri yang sudah terbangun sejak tadi hanya bisa terkekeh pelan lalu mulai memanfaatkan keadaan karena Luna belum sadar jika mereka memang tidur bersama.

"Apa kamu menyukai mimpimu ini, hmm?"

Luna menggeleng pelan. "Tidak. Aku membencinya."

"Kenapa?"

Dengan tatapan kosongnya, Jefri memasang raut wajah cemberut, lalu ia mengusak surai Luna dengan lembut.

"Karena aku tidak boleh memiliki perasaan terhadapmu, Jef. Aku tidak pantas untukmu karena aku memiliki rahasia yang tidak bisa kuceritakan kepadamu."

"Boba, apapun rahasia dan masa kelam yang kamu miliki, aku tidak masalah. Apa perlu aku membayarkan semua utangmu itu agar organ tubuhmu tidak dijual? Aku ingin kamu terus berada di sini bersamaku. Aku tidak ingin kamu pergi meninggalkanku suatu saat nanti."

Luna mengernyitkan keningnya karena bingung. Kejadian ini sama sekali tidak seperti mimpi, malah terasa seperti kenyataan. Luna terdiam sejenak sambil mengamati struktur wajah Jefri yang memandangnya dengan tatapan kosongnya. Luna mengernyitkan keningnya, benar-benar tidak terasa seperti mimpi.

"Ini mimpi atau kenyataan? Kenapa terasa sangat nyata bagiku? Tapi, bagaimana bisa aku tidur bersamamu?"

Jefri mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Luna, membuat Luna bisa merasakan embusan napas yang terasa hangat dari Jefri. Jantungnya kembali berdesir, dan Luna menyadari jika ini bukanlah mimpi. Belum sempat Jefri mencium Luna, Luna segera mendorong dan menendang Jefri ke belakang hingga lelaki itu terjatuh dari ranjang.

"Aaaaaaaaaaarrrrrrrgggggghhhhhhhhhhhh!!!!!!!"

Juna yang tengah meminum susu beruangnya di bawah langsung tersedak hingga terbatuk-batuk setelah mendengar suara teriakan dari Luna. Segera ia letakkan susu beruangnya di meja dan bergegas menuju ke kamar kakaknya karena ia takut ada hal buruk yang terjadi pada mereka berdua.

"Ada apa? Kenapa berteriak???"

Dengan tergesa-gesa, Juna berlari ke atas dan langsung mendobrak pintu kamar kakaknya. Ia yang awalnya memasang wajah panik, kini berusaha menahan tawanya ketika melihat kakaknya yang sedang tidur tengkurap di lantai sambil mengusap-usap pantatnya yang sakit akibat terjatuh.

"Kenapa aku bisa tidur di sini? Kenapa aku bisa tidur seranjang bersamanyaaaaaa????" Luna terus berteriak sembari mengacak rambutnya dengan kesal.

"Bang? Sedang apa tidur di lantai? Itu Amel bertanya kenapa dia bisa tidur di sini bersama abang. Abang tidak berbuat yang mantap-mantap dengannya, bukan?" Goda Juna sembari menahan tawanya.

"Sembarangan! Aku tidak berbuat apa-apa kepadanya. Hanya, tidur bersama mungkin?"

Jefri malah mengangkat sebelah alisnya sambil tersenyum, membuat Luna geram dan memukulkan bantalnya tepat di kepala Jefri beberapa kali. Jefri yang terkena pukulan bantal itu hanya bisa terkekeh sambil berusaha menghindar dari pukulan Luna.

"Jefri!!!!!"

"Oh, telingaku sakit. Bisa gila aku lama-lama jika berada di sini. Kalian selesaikan urusan kalian sendiri, oke? Aku tidak mau ikut campur." Ucap Juna sembari menutup kembali pintunya.

MELODIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang