Melodia ㅡ Undangan Pernikahan

723 129 22
                                    

"Halo? Ada apa, Juna?"

"Abang sekarang ada di mana?"

"Abang sedang menemani Luna mencoba gaun pengantinnya. Memangnya ada apa? Apa Radit mencariku?"

"Bukan, aku ada sedikit kejutan untuk abang. Dengarkan baik-baik, ya? Ternyata Jonas tidak menghamili kak Luna. Waktu itu, si psikopat gila itu hanya menggertak kita saja. Jika kuperhatikan, kak Luna juga masih terlihat baik-baik saja hingga sekarang."

Jefri langsung berdiri dari duduknya, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Serius?"

"Iya, bang, dia sudah mengakui semua kesalahannya. Sekarang abang tenang saja, sepertinya Jonas tidak akan mengganggu kehidupan kalian lagi."

Senyum Jefri merekah. Ada perasaan lega luar biasa yang menggerogoti hatinya. Saking bahagianya, ia sampai tidak mendengar suara Juna yang sedang memanggil namanya berulang kali di telepon, membuat Juna kesal dan memilih untuk menutup panggilan teleponnya. Kini Jefri tidak akan dihantui oleh bayang-bayang Jonas lagi. Luna tidak hamil, dan itu artinya, ia yang akan menjadi ayah biologis dari anaknya nanti.

Jefri terus tertawa sendirian, hingga sang desainer yang sejak tadi berusaha memanggil Jefri terlihat kebingungan karena kliennya tersebut seperti orang yang kerasukan. Hari ini memang Jefri mengajak Luna untuk segera mempersiapkan pernikahan mereka, tentunya setelah mendapatkan izin dari Radit. Meskipun pagi itu penglihatan Jefri telah kembali, tetap saja Jefri harus menjalani beberapa prosedur pemeriksaan selanjutnya. Demi untuk kebaikan dan kesembuhan Jefri sendiri nantinya.

"Tuan?"

Sang desainer akhirnya menepuk pundak Jefri, membuat Jefri tersadar dari lamunannya. Jefri melirik ke arah belakang dan merasa malu karena saat ini ia sedang ditatap oleh sang desainer dan juga beberapa staff wanita lainnya.

"Sejak tadi tuan tertawa sendiri, hingga saya panggil berkali-kali tetap tidak ada sahutan. Saya hanya ingin bilang kalau calon pengantin wanitanya sudah siap. Bisa kita buka tirainya sekarang?"

"Oh, maaf. Saya baru saja mendapat kabar bahagia sampai saya tidak sadar. Tirainya lebih baik dibuka sekarang, saya sudah tidak sabar untuk melihat kecantikan calon istri saya."

Jefri langsung membuka aplikasi kamera pada ponselnya, bersiap untuk mengabadikan momen ketika Luna sedang mencoba gaun pengantinnya. Wanita itu hanya mengangguk dan menyuruh beberapa staff-nya agar segera membuka tirai merah yang ada di hadapan Jefri. Tirai dibuka perlahan, namun Luna malah bersembunyi di balik tirai yang sudah disingkap, sehingga yang bisa dilihat oleh Jefri sekarang hanyalah bagian dress belakangnya yang terjuntai hingga ke lantai.

"Luna, sayang, tidak usah malu-malu seperti itu. Ayo cepat keluar, aku ingin menatap bidadari cantikku hari ini."

"Eum..."

Luna keluar dari bilik tirai sambil menundukkan kepalanya. Sang desainer hanya tersenyum sambil membantu Luna memegangi bagian belakang gaunnya agar ia tidak terjatuh. Mulut Jefri terbuka lebar, ia tidak menyangka jika Luna akan sangat terlihat cantik dengan balutan gaun pengantinnya. Dengan cepat, ia segera memotret Luna menggunakan ponselnya, membuat Luna merasa malu dan hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Cantiknya bidadariku."

"Jangan membuatku malu!"

Jefri segera mendekat dan merengkuh pinggang Luna, lalu memberikan kecupan kecil di bibir mungil milik Luna. Beberapa staff yang melihat mereka menjadi iri dengan keromantisan sang calon mempelai pria yang terlihat sangat tampan. Maklum saja, sejak awal Jefri memang sudah berganti pakaian karena ingin ikut mencoba memakai tuxedo hitamnya sembari menunggu Luna memakai gaunnya.

MELODIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang