12. Cafe SUN

48 8 0
                                    


Hari ini sinar mentari tak lagi nampak, awan hitam pekat, pertanda hujan.

Angin berhembus membuat gua kedinginan, pepohonan mulai bergoyang diterpa angin.

Gua melamun memandang jalanan, dipinggir gerbang.
Saat ini rasanya dingin, dan seketika ada sesuatu yang memberi rasa hangat. Membuat gua bertanya elemen apa ini?

Gua memalingkan pandangan, sontak gua terkejut ketika gua mendapati Leka berada tepat disamping gua.

Sedikit merapatkan tubuhnya ke tubuh gua, membuat gua gak karuan.
"bakal ujan nih kayaknya!" ujar Leka.
"terus gimana dong?" tanya gua binggung.
"kita ke cafe dulu yuk?" ajak Leka, sembari memandang gua.
Gua balas dengan anggukan setuju.

Sesampainya disana, hujan turun dengan lebat, membuat sebagian orang lari terbirit-birit untuk berteduh. Gua dan Leka duduk dipojokan, yaa selalu saja memilih tempat paling pojok.

Cafe SUN ini sangat unik, dimana di dalamnya terdapat dekorasi yang sangat menarik dan tidak membosankan. Memberi nuansa Alam dan kehangatan. Cocok untuk sepasang kekasih.

Leka memesan minuman coklat, dan gua memesan minuman mocca.
"gua kalo main sama lu ketempat kuliner gak mau makan banyak ahk!" seru Leka.
"kenapa??" tanya gua penasaran.
"abisnya lu cowo pelitttt!" tegas leka.
"siapa juga yang mau jalan sama lu?" terang gua "cewe gembul!" ledek gua.
"gua sumpahin yang jadi pacar lu, sama kayak gua!" ujar Leka.
Tunggu sama kayak Leka? kenapa gak lu aja Leka!
"ngaurr!" jawab gua ketus.
Leka hanya terdiam.

Dua minuman yang kami tunggu pun akhirnya datang. Terlihat sangat nikmat, membuat lidah gua ngiler.
"Gan?" tanya Leka.
"apa?" jawab gua.
"Maura enak ya, dikasih kejutan sama Arga seromantis ini!" curhat Leka.
"kalo gua jadi si Arga, gua gak mau bikin kejutan seribet ini!" tegas gua "buang-buang uang!" semakin tegas.
"tuhh kan lu emang pelittt!" protes Leka.
"Btw lu kenapa sih ngomong gua pelitt?" tanya gua.
"ya emang lu pelit!" jawab Leka "buktinya tadi lu minta gua bayarin bakso lu." protes Leka.
"caelah cuma sepuluh ribu!" terang gua "nasi goreng kemarin malam aja harganya lima belas ribu. Malahan ya lu masih punya hutang sama gua!" tegas gua.
Leka cemberut memandang gua, gua merasa bersalah.
"berangkat sekarang yuk!" ajak gua.
"gua mau bayar dulu!" seru Leka.
"nitip." pinta gua.
Leka pun pergi kebagian kasir, gua lihat dia sedang berdiskusi dengan penjaga kasir.

Tidak lama kemudian dia berlari kearah gua, dan langsung memeluk gua erat.

Sontak gua terkaget-kaget dan terdiam tanpa membalas pelukan Leka.
"lu kenapa?" tanya gua panik.
Leka melepaskan pelukannya.
"kita dapet voucher gratis!!" Leka tersenyum bahagia.
"maksudnya?" tanya gua, masih belum paham.
"jadi gini lohh Gan, kita adalah pembeli ke seratus di cafe SUN!" terang Leka.
"ouhhh, wahhh mantap dong!" tembal gua.
"nanti malam kita kesini yuu? gua mau ajak lu makan malam." seru Leka.
"Makan Malam???" tanya gua tidak yakin.
"lu harus mau." pinta Leka.
Gua mengangguk menyetujui.
"yess!!! gitu dong." seru Leka bahagia.
"Yaudah kita pergi sekarang ya." ajak gua.

Motor kami pun melaju, untuk kedua kalinya Gua membonceng Leka.

Gua dan Leka memang baru kenal kemarin-kemarin akan tetapi entah kenapa Leka begitu terbuka kepada gua.

Apa mungkin karena Leka sahabat kecil Arga dan teman dekat Maura sekaligus orang yang gua suka. Atau malah bukan Leka yang terbuka akan tetapi tanpa sadar gua yang mendekat.

Hari ini diatas aspal yang basah motor gua melaju perlahan, menikmati dinginnya semesta namun ditemani hangatnya hati, indahnya hari ini, dan karena Dialeka.

Dia Dialeka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang