29. Gantung

64 5 8
                                    


Rasanya hati gua mulai berdebar, saat setelah umi larut dibalik pintu disusul papih yang masih jengkel atas perihal tadi. Gua mulai gelisah dan semakin penasaran.

Gua pandangi ruang ini, begitu damai. Walaupun bisa di pastikan mereka yang ada di dalamnya selalu dihantui rasa takut!

"Gan." suara itu, suara Leka!
"Leka." seru gua tak percaya, dari mana dia tau gua ada disini!

Leka menatap gua sendu, pelupuk matanya mulai basah, ia menangis tanpa suara.

"Lek, lu kenapa nangis?" tanya gua heran sekaligus khawatir.
"lu tuh jahat tau gak!" terang Leka garang.
"ihk suka gitu lu mah!" protes gua.
"gua tuh kangen sama lu! Gua tau gua salah, gua ke kanak-kanakan." celoteh Leka.
Gua hanya bisa bengong, dan mendengarkan dengan raut bingung.

"gua tuh cuma mau lu, nyatain cinta sama gua! Gak lebih kok," terang Leka sangat jujur "gua tuh mau lu tuh peka!! Masa harus gua yang  bilang cinta sama lu?!" tegas Leka.
"Leka?" tanya gua.
"apa!" tembal Leka galak.
"sini," tangan gua menggapai lengan Leka lembut "sini duduk disamping gua." pinta gua, sembari mengubah posisi tidur gua.

Leka pun kini duduk disamping gua, menatap gua lembut dan sedikit terlihat malu-malu.
"kamu kalo marah makin lucu deh!" canda gua.
"apaan sih, gua gak bercanda, Gani!!" bantah Leka, disusul dengan tawa kecilnya.
"iya gak bercanda, tapi aku tadi serius loh!" tembal gua.
"serius ih!" seru Leka.
"iya, iya aku serius. Maafin aku yaaa!" seru gua lembut.
"apaan sih jadi alay gitu?!" protes Leka.
"mulai sekarang kita, manggil aku kamu!" tegas gua.
"gak mau." seru Leka terlihat malu-malu.
"kenapa?" tanya gua heran.
"tuh kan lu mah gitu! Suka gak pekaan orangnya." keluh Leka.
"ambilin kursi roda dong!" pinta gua, mengalihkan pembicaraan.

Leka mengambil kursi roda gua, tanpa protes.
"mau kemana?" tanya Leka.
"kita ke balkon rumah sakit." terang gua.
Tanpa satu patah kata, leka membantu gua untuk berpindah ke kursi roda.
"mendung! Nanti lu kedinginan." seru Leka.
"Leka?" tanya gua menghiraukan ucapan Leka.
"apa?" tembalnya.
"menurut lu apa gua pencundang? Kalo gua takut gua bakal mat,," belum selesai gua bicara, Leka menjewer telinga gua.
"Awww!! Sakitt." protes gua.
Leka tertawa terbahak-bahak.
"abis lu bucin!" ejek Leka.

Leka kini sedikit membungkuk, dihadapan gua, menatap gua lembut.
"aku udah tau semuanya!" terang Leka tulus.
Gua menatap Leka dalam, gua bisa melihat bertapa terpancarnya kebahagian itu.
"Lu harus jadi pacar gua!" Paksa gua.
"Huhh maksa! Kalo gitu peluk dulu dong." pinta Leka, yang kini berdiri dihadapan gua.
"ihh sok ngabodor, gimana meluk nya? Gua kan duduk di kursi roda!" keluh gua.
"Gua bakal terima lu, tapi lu harus meluk gua!" terang Leka, terlihat menyebalkan.
"ribet tau gak!" protes gua.
"makanya cepet sembuh!!" seru Leka ngegas.
"liat aja nanti!" ancam gua geram.
Leka hanya tertawa puas.
"Ayok antar ke balkon!" Seru gua geram.

***

"besok tanggal berapa?" tanya Leka.
Gua masih fokus ke kamera.
"tuh lu mah gitu! Suka cuekin doi." keluh Leka.
"tanggal 17." tembal gua.
"Bulan apa?" Tanya Luka lagi.
"Desember." Terang gua datar.
"tanggal jadian kita ya?" serunya terlihat antusias.
"penting gak buat situ?" tanya gua.
"tanggal itu gak penting! Yang lebih penting itu,,, kamu!" goda Leka.

Gua cuma bisa senyum-senyum malu, dan menatap Leka dalam. Dibalas tatapan Leka yang sama dalamnya.
"Besok kita mau rayain Anniversary gak?" Tanya Leka.

Ya tidak terasa satu tahun lamanya kita menjalin kasih. Gua gak nyangka kalo Leka dan gua bisa bersama, walaupun baru satu tahun tapi bagi gua itu adalah anugerah.

"Harus banget ya?" Tanya gua sedikit memastikan.
"Kalo lu gak mau ngemodal, lu parah tau gak!" Protes Leka ketus.
"Yeh kok galak gitu sih!" Seru gua dibarengi tawa.

Dia Dialeka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang