22. "Gelang ini buat gua?"

34 5 1
                                    

Setiap ku menahan tuk bertemu, disetiap itu jua hatiku memanggil namamu.
Setiap sesuatu akan tentang mu, adalah satu-satunya fijar yang ku rindu.
Jika hati merintih dalam semu, maka kau lah penawar hatiku.

Januar Damara Argani

***

Satu minggu ini gua gak ketemu Leka, karena gua memutuskan untuk menghindar dari Leka.

Author: Kenapa sih Gan?

Gua takut, Leka tau kalo gua suka sama dia, gua juga takut nerima kenyataan kalo ternyata Leka bakal ngejauh duluan.

Seterah deh mau di bilang pencundang, tapi yang jelas gua takut!!

Pagi ini gua dan Samuel memutuskan untuk gak nganterin Arga ketemu Maura, dengan alasan mau ngerjain tugas.

"cuy, lu kenapa sih ngejauh dari Leka?" tanya Samuel sembari menyalin tugas Fisika.
Kenapa Sam ngomong gitu?! Batin gua.
"gua gak ngejauh!" tegas gua gelagapan.
"lu gak bisa bohong!! kalo lu tuh suka kan sama Leka." ungkap Samuel.
"lu sekali lagi ngomong gitu, gua gak akan kasih lu contekan Fisika." ancam gua tegas.
"ya elah, baperan lu." keluh Samuel.

Gua gak memperdulikan keluhan Samuel, dan bergegas pergi
"eh lu mau kemana?" tanya Samuel, gua menghiraukannya.
"jangan cabut dong, jelasin dulu ini gimana." teriak Samuel.

***

Gua memutuskan untuk pergi ke UKS, karena tempat itu tempat yang paling nyaman untuk berdiam.

Ruang UKS selalu sepi, dan bersih. Layaknya klinik, UKS sekolah gua ini terbilang mewah dan megah.

Langkah gua terhenti ketika Leka tepat ada dihadapan gua.
"hai Gani, lu kemana aja?" sapa Leka ramah.
Gua gak habis pikir, kenapa gua mencoba untuk menjauhi Leka, yang jelas-jelas ingin berteman sama gua.

"woy kok bengong?!" tanya Leka bingung.
"lu kangen ya sama gua?" ujar gua kepedean.
"nggak lah, gua tuh gak mungkin kangen sama lu." jelas Leka enteng, sembari tersenyum ramah.
"gua bercanda." terang gua kecewa.
"gua punya sesuatu buat lu." Leka mengeluarkan sebuah benda di saku bajunya.

Benda itu berupa gelang berwarna abu-abu berinisial huruf G.
"buat lu!" ujar Leka sembari tersenyum.
"gelang ini buat gua?" tanya gua gak percaya.
"iya, itu buatan gua loh." terang Leka berlaga sombong.
"dalam bentuk apa, lu ngasih gua gelang?" tanya gua penasaran.
"dalam bentuk ucapan terimakasih, karena lu udah menyelamatkan gua diperpus." terang Leka tulus.
"alay lu!" ledek gua.
"ihh!! bukan bilang terimakasih!" protes Leka.
"ya udah, makasih!" terang gua jutek.

Gua tak sengaja mendapati Leka juga memakai gelang yang sama dengan inisial L.
Leka juga pake gelang yang sama persis, apa gua minta buat tukeran gelang aja ya? Batin gua.
"Leka kita tukeran gelang yuk?" pinta gua penuh harap.
"yakin??" tanya Leka gua balas dengan anggukan.
"bentar gua lepas dulu gelangnya." ujar Leka, sembari melepaskan gelang dilengannya.

Akhirnya gelang Leka ada di lengan gua begitupun sebaliknya.
Gua merasa bener-bener gak ada otak, mau menjauhi teman sebaik Leka cuma karena takut sama perasaan gua ke dia.

"bagus deh inisial G di lengan lu." puji gua.
"gua emang rada gak suka sih sama warna abu, tapi gak apa deh cocok kok." terang Leka.
Ouh jadi Leka rada gak suka sama warna abu. Batin gua bergumam.
"lu mau balik ke kelas?" tanya gua penasaran.
"gua baru datang." jelas Leka, sembari berjalan ke ruang darurat.

Biasanya sih ruang darurat di pakai buat siswa yang pingsan, dan harus di kasih semacam selang oksigen.

"bolos pelajaran lu?" tanya gua.
"yoi, gua belum ngerjain bahasa inggris jadi gua mabur." jelas Leka dengan nada kecewa.
"bu tika gak bakalan ngasih lu nilai merah??" tanya gua lagi, merasa tidak yakin.
"ya mau gimana lagi, gua emang bego bahasa inggris sih!" jelas Leka.
"buku tugas lu dibawa gak?" tanya gua sembari duduk dengan posisi sila di ranjang UKS.
"bawa." tembal Leka.
"sini gua kerjain tugas lu, nanti gua jelasin juga biar lu paham." tawar gua dengan tulus, dibalas dengan senyuman Leka.
"ihh serius??" tanya Leka meyakinkan, gua balas dengan anggukan.

Leka menghampiri gua, lalu duduk tepat dihadapan gua
Lu cantik! Batin gua.
"nih bukunya, ini pena nya." Ujar Leka sembari memberikan pena berwarna biru muda dan buku berjilidkan Frozen.
"gua izin nyobekin pertengahan buku lu ya?" seru gua.

Gua mulai sibuk mengerjakan tugas Leka, sesekali mengerutkan kening pertanda gua juga rada kurang paham.

Rasanya gua semakin pusing tak kala melihat ekspresi Leka yang bingung dibuatnya semakin lucu, dan nambah daya otak gua.

Tugas pun selesai gua kerjakan, memakan waktu cukup lama memang.
"nah sekarang lu tulis ulang di lampiran jawaban, sembari gua jelasin." perintah gua.
"siap pak bos." tembal Leka dengan senyum semuringah.
"jadii nomor satu tuh menyangkut tentang..." gua mulai menjelaskan, dibalas dengan Leka yang memperhatikan.

Leka terus mengamati setiap segala sesuatu yang keluar dari mulut gua.

Dan sesakali mengangguk paham.
"lu paham gak?" tanya gua meyakinkan.
"gua rada gak paham sama yang nomor tujuh." keluh Leka, setelah gua selesai menjelaskan sepuluh soal dengan rinci ke Leka.
"ouh itu, itu tuh semacam kalimat..." gua kembali menjelaskan.

Leka kini merapihkan bukunya, dan berniatan untuk balik ke kelas karena sekarang sudah waktunya jam pelajaran pertama.
"lu mau balik ke kelas gak??" tanya Leka.
"mau, gua ada tes lisan Fisika." jelas gua.
"Fisika tes lisan nya gimana tuh?" tanya Leka terlihat agak bingung.
"maksudnya tuh gua di tes lisan rumus Fisika." jelas gua.
"jadi rumusnya lu hafalin?" tanya Leka.
"kebanyakan orang sih gitu, kalo gua mah rumusan fisika udah ada di luar otak." terang gua rada sombong.
"sombong banget!" ujar Leka.
"biarin!" tembal gua.
"gua pamit cabut ke kelas ya." seru Leka, dibarengi dengan anggukan gua.
"dadah Ganii, makasih udah bantuin." ujar Leka, dan menghilang di balik daur pintu.

Makasih untuk kalian yang udah ikut andil ke dalamnya :)

Salam AlaskaRindu...

Dia Dialeka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang