20. I Love You to

46 5 6
                                    


Hari semakin larut, kini gua dan Leka terduduk diam meratapi langit malam, di taman dekat cafe tempat Arga dan Maura kencan.

Suasananya dingin ditambah lagi angin malam yang semakin membuat merinding. Pelupuk mata gua rasanya berat, gua ngantuk banget!

"Gani?" suara Leka membuat gua terjaga.
"iya." tembal gua sembari mengucek-ucek mata.
"gua bosen!" protes Leka.
"gua malah ngantuk." keluh gua.
"gua punya game, namanya game tebak rasa." ujar Leka antusias.
"game apaan tuh?" tanya gua heran.
"mana telapak tangan lu." pinta Leka, tanpa protes gua mengulurkan tangan gua.
"mata lu merem." pinta Leka, membuat gua semakin ngantuk.
"lu rasain setiap goresan jari gua ditelapak tangan lu, kata apa aja dan lu jawab." terang Leka.
Gua hanya mengangguk paham.

Gua bisa merasakan goresan huruf per huruf yang dirangkai jadi kata.
"sekarang lu buka matanya, sebutin." pinta Leka.
"gua cowo pelit." ujar gua.
"emang pelit bangett!" tembal Leka antusias.
"parah lu!" gua mulai geram, bukannya apa-apa gua gak suka di sebut pelit.
"sekarang giliran lu." terang Leka.

Gua mulai sibuk menggoreskan jari-jemari gua.
"apa coba?" tanya gua.
"gua imuttt." jawab Leka yakin.
"idihhh bukan gitu jugaa." protes gua kesal.
Leka hanya tertawa lepas.
"gak kaci ahk!" protes gua.
"ya udah balikan lagi." bujuk Leka.

Gua kembali menggoreskan jari-jemari gua.
"apa ayo?" tanya gua, sangat menantikan jawaban itu.

Leka membuka pelupuk matanya, memandang gua dalam penuh arti, sama hal nya tatapan gua yang selalu memancarkan cinta.

Kami kini saling memandang, Leka ragu mengatakannya dan gua menunggu pernyataan tiga kata itu.
"I Love You" jawab Leka polos sangat jujur.
"I Love you to" tembal gua sembari tersenyum bangga.
Leka terdiam seakan-akan omongan gua tadi itu salah!
"apaan sih." balas Leka dengan tawa sumbang.
"maaf ya lu jangan marah." ungkap gua.
Leka menghiraukan omongan gua.

Leka memandang lurus kedepan, suasana jadi terasa kaku.
"emang boleh ya? Kalo gua cinta sama lu." tanya Leka membuat lidah gua kelu.

Author: Ayo loh Gan! Gimana tuh, ayokk :v

Gua gak langsung menanggapi.
"lu harus tau, kalo hati tak pernah salah memilih kepada siapa ia harus mencintai." terang gua penuh rasa berdebar.

Leka kembali terdiam, sesekali dia menundukkan kepala dan kembali menatap kedepan, seperti sedang menerawang.
"Bucin lu." seru Leka datar.
Gua menghiraukan Leka, karena hati gua bener-bener gak karuan.

Leka masih terdiam, namun kini pandangannya beralih memandang ke langit, mata gua terpaku akan sosoknya, ia sibuk menghitung bintang-bintang indah, yang cemburu akan kecantikan Leka malam ini.

"dua puluh, sebelas, ehh!! Salah harusnya sembilan belas." ujar Leka pada dirinya sendiri.
"ngapain sih ngitung bintang?" tanya gua heran.
"diem jangan ganggu!" protes Leka galak.
"bintangnya indah ya." terang gua.
"dua enam, dua tujuh." Leka mengacuhkan gua.

Akhirnya gua memutuskan untuk memejamkan mata.
Masih terdengar suara Leka yang sibuk menghitung bintang.

"lima pul,,," suara Leka lenyap.
Sontak ada sesuatu dibahu gua, pelupuk mata gua mulai terbuka perlahan.

Gua dapati Leka tertidur kelelahan di bahu gua, dengan cantik dan menawan, membuat malam ini indah.

Leka lu boleh mencintai gua, karena selama ini gua cinta sama lu :) Batin gua.

Author: Leka kata Gani boleh :)
Ahk Gani kenapa ngomongnya dalam hati sih:(

Malam ini bukan malam pertama, tapi juga bukan terakhir. Akan tetapi malam ini malam penuh sejuta rasa, malam penuh tawa, tangis dan harap jua.

Malam ini bukan juga malam sempurna, tapi malam ini, malam dimana milik kita berdua!

Biar angin membuat helain rambutmu menemani malamku, dihiasi seribu bintang, diAlam semesta, dihatiku ada namamu Rinanda Dialeka Syahida

Januar Damara Argani

Salam AlaskaRindu

Dia Dialeka [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang