28-Antara cinta dan logika

6.4K 324 7
                                    

Terlalu lelah untuk melanjutkan, dan tak ada tempat untuk berhenti. Seperti itulah mencintaimu saat ini.

****

Sebenarnya tidak ada yang bisa di salahkan disini. Perasaan memang tidak ada yang tahu, Chaca pun tidak mengerti mengapa bisa jatuh hati pada Davi. Tolol? Sudah pasti, Chaca rela berjuang hanya untuk seseorang yang tidak pernah menghargainya. Hatinya lelah terus mengejar Davi, namun logikanya meminta Chaca harus tetap berusaha, karena pepatah mengatakan usaha tidak akan mengkhianati hasil. Tapi sampai kapan? Sudahlah, memikirkan seorang Davi memang tidak pernah ada habisnya.

Chaca menaruh kepalanya diatas tumpukan tangan yang sudah ia susun. Tidak ada semangat hari ini, rasanya ia malas belajar. Mengingat kejadian semalam membuat Chaca berkecil hati, lagi-lagi Davi menyebut nama 'Maura'. Sepertinya ia kalah telak dengan perempuan yang bernama 'Maura' tersebut. Ah sudahlah, hari ini ia benar-benar malas untuk membahasa itu semua.

"Tumben banget lo lesu gitu, kenapa?" tanya Iren tiba-tiba seraya menduduki kursi yang berada di belakang.

"Lo sakit atau kenapa?" timpal Leta yang baru saja datang bersama Kia.

Chaca menghela napasnya,"Chaca gapapa kok, cuma enggak semangat aja," ucap Chaca membuat Kia memutar bola mata malas.

"Pasti gara-gara si Davi, iya kan?" tuding Kia.

Chaca menundukkan kepalanya, ia malas bercerita. Sudah pasti Kia, Leta dan Iren akan memarahinya. Menyebalkan!

Iren mendesis,"Hidup itu butuh sarapan Cha. Bukan harapan!" ucap Iren sengit.

"Kalau di bilang tolol, lo emang bener-bener tolol, Cha. Cinta si cinta tapi enggak usah bego juga," sungut Leta.

Kia berdecak kesal, kalau seperti ini Chaca jadi semakin sedih. Iren dan Leta benar-benar menyebalkan ya.

"Lo berdua tau apa sih soal cinta," ucap Kia sengit.

"Memperjuangkan seseorang yang pantas di perjuangankan! Itu yang namanya cinta," jawab Iren sekenanya.

Kia memutar bola mata jengah,"Nih ya, gue bilangin sama lo berdua. Setiap orang mempunyai kisah cinta yang berbeda-beda dengan alur yang beda pula. Contohnya elo Ta, dulu lo pernah di selingkuhin kan? Dan sampai sekarang lo takut sama yang namanya pacaran?" ujar Kia seraya menunjuk Leta.

"Kalau elo Ren, bukannya lo sering di phpin sama cowok? Jadi lo malas berkenalan sama cowok lagi, kan?" lanjut Kia seraya menatap Iren.

Iren dan Leta bungkam, mengapa Kia jadi mengucilkan seperti ini? Menyebalkan sekali.

"Gue rasa enggak ada salahnya Chaca suka sama Davi. Ya, awalnya gue juga enggak setuju, tapi kita kan enggak ada yang tahu kedepannya gimana. Siapa tahu aja Chaca bisa dapetin hati si Davi, semua juga butuh proses. Tugas kita mendukung Chaca sebagai sahabat kita," Perkataan Kia membuat Iren dan Leta merasa bersalah pada Chaca. Semua yang di katakan Kia memang benar.

"Cha maafin gue ya," ucap Iren dengan tampang bersalah.

"Gue juga Cha. Sebenarnya kita cuma enggak mau lo sakit hati, karena kita udah pernah ngerasain dan itu enggak enak Cha," timpal Leta.

ANTARA CINTA DAN LOGIKA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang