Sekarang aku harus mundur.
Bukan karna aku pengecut yang takut gagal mencapai mu, namun aku menyadari siapa diriku.****
Davi menghela napasnya gusar, entah apa yang ia harus lakukan sekarang. Hatinya terasa ragu dan gelisah. Maura, ia tidak ingin membuat Maura merasa tergantikan. Posisinya tetap sama seperti dulu. Tapi rasanya, semenjak Chaca hadir prinsip dan komitmen yang selama ini ia terapkan goyah. Benar yang di katakan Rafa beberapa hari lalu. Ia tidak bisa terus-terusan berharap pada seseorang yang sudah pergi. Ini saatnya untuk ia membuka hati lagi. Dan, hanya Chaca lah yang akan mengisi hatinya setelah Maura. Ia sadar, ia nyaman bersama Chaca. Kemarin dan semalaman ia benar-benar pusing memikirkan Chaca yang menghilang tanpa kabar. Ponsel gadis itu benar-benar tidak aktif. Membuat Davi kesal setengah mati. Sampai ia mendatangkan rumah Chaca semalam, namun hasilnya nihil. Chaca tidak ada dirumahnya. Bukan hanya Chaca, Ayudia pun tidak ada. Sebenarnya kemana perginya Chaca?
Tanpa berpikir lagi, Davi menyambar tas ranselnya. Lalu membuka pintu mobil dan berjalan menuju kelasnya.
Davi terus berjalan disepanjang koridor. Pikirannya masih tentang Chaca. Entahlah, ia benar-benar merasa kehilangan sekarang.
Mata Davi seketika berbinar, senyumnya mengembang. Dari arah yang berlawanan ia melihat Iren, Leta, Kia dan... Chaca! Gadis polos yang mengganggu pikirannya selama seharian. Bahkan hampir dua hari.
Davi mempercepat langkahnya, ia merasakan rindu pada gadis polos itu. Gara-gara Chaca ia jadi malas untuk melakukan apa-apa. Semua pikirannya terfokus pada Chaca yang hilang tanpa kabar. Namun sekarang tidak lagi, ia senang melihat Chaca.
Davi menghembuskan napasnya sejenak sebelum memanggil Chaca. Ia jadi gugup setelah insiden di kantin tempo hari.
"Chaca..." panggil Davi akhirnya.
Chaca tersadar dari dunianya. Ia ke-asikan bercanda dengan ketiga temannya sampai tak memperdulikan keadaan sekitar. Ia menoleh pada seseorang yang memanggilnya. Seketika raut wajah Chaca berubah, entahlah, sulit untuk di diskripsikan seperti apa.
"Chaca," lirih Davi.
Iren, Leta dan juga Kia sudah menahan emosinya yang siap meledak. Tapi, mereka urungkan karena ada Chaca. Biar gadis polos itu yang menghadapi Davi.
"Ada apa?" tanya Chaca ketus. Sungguh, ia berusaha payah untuk menahan semuanya. Menahan agar tidak tersenyum, menahan agar tidak terbawa suasana. Jika kalian tahu, Chaca tidak bisa bersikap dingin seperti ini pada Davi. Ia sangat menyayangi Davi. Tapi, ia tidak mau kalah lagi dengan cintanya. Ia sudah memutuskan untuk mengikuti logikanya.
Davi menatap Chaca lekat, tentu saja hal itu membuat Chaca sulit bernapas. Jantungnya melemah melihat tatapan sendu Davi. Ingin sekali ia menjerit dan berkata. 'Chaca rindu', Tapi itu semua ia tahan demi perasaannya. Ia tidak mau terus berharap pada Davi. Ia memutuskan akan mundur, walaupun kenyataannya sulit.
"Gue minta maaf, Cha," ungkap Davi lirih.
"Chaca sudah maafkan!" jawab Chaca sekenanya.
Davi tersenyum,"Beneran, Cha?" seru Davi antusias.
"Iya," ketus Chaca. Demi Tuhan! Ia bener-benar ingin menjerit melihat senyum Davi. Rese! Mengapa hati dan logikanya tidak pernah kompak sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CINTA DAN LOGIKA [COMPLETED]
Ficción GeneralWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! Pertemuan kita adalah sebuah takdir yang tuhan rencanakan. Cover by : @Jeyyathala **** Berteman denganmu ternyata tidak semenyenangkan yang aku pikir, ada rasa yang tak terbalaskan dan itu menyakitkan. _Kalisa Zeli...