Belajar menghargai, jika ingin di hargai!
****
KE-ESOKAN harinya Chaca, Leta, Kia serta Iren tengah asik bercanda ria di kantin SMA Mekenize. berbincang-bincang dan ujung-ujungnya gibah, begitulah remaja jaman sekarang, menjadikan gibah sebuah kebiasaan sehari-hari. Katanya, jika kumpul tanpa gibah seperti makanan tanpa garam. Ambyar!
Chaca mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Mencari seseorang yang telah membuatnya tersentak kaget kala di dalam kelas. Davi, cowok yang Chaca klaim menjadi temannya tak kunjung datang. Padahal ia ingin memberi permen lolipop lagi.
"Cha!" panggil Leta yang merasa heran dengan tingkah Chaca.
Chaca menoleh, menatap Leta seraya tersenyum manis.
"Kenapa, Leta?" tanya Chaca.
"Gue perhatikan, dari tadi lo celingak-celinguk gak jelas. Kenapa sih?" tanya Leta penasaran.
"Euumm... Chaca lagi cari Aidan, tapi kok dia gak ada, ya." Jawab Chaca jujur.
Iren, Leta dan juga Kia mengehentikan aktivitas makannya. Lalu menatap Chaca dengan raut wajah bingung.
"Maksud lo, kak Adnan?" tanya Iren.
Chaca menggeleng" A-I-D-A-N, Iren...." jelas Chaca seraya mengeja satu persatu nama tengah Davi.
Ketiga temannya di buat bingung dengan gadis ber-otak polos di depannya.
"Cha! Gue rasa lo nyari kak Adnan deh," sambung Kia.
Chaca menghela berat."Aidan sama Adnan beda, Kia" jelas Chaca.
"Gue rasa, otak lo geser deh Cha," tambah Leta mencibir.
"Kok Leta ngesel--, AIDAN." Chaca berteriak kencang membuat ketiga temannya menoleh.
Iren, Leta dan juga Kia menatap Chaca tidak percaya. Jadi, cowok yang di maksud Chaca itu adalah Davi?
"Cha, dia Davi bukan Aidan!" ucap Iren menegaskan.
Chaca berdecak." Namanya Davi Aidan Naruna, kan? Yaudah Chaca mau panggil nama tengahnya aja. Lebih enak," jelas Chaca
Ketiga temannya diam, memang tidak ada yang salah jika Chaca memanggil nama tengah Davi, hanya saja sedikit aneh jika di dengar. Bawasannya semua anak SMA Mekenzie memanggilnya dengan sebutan Davi, nama awal cowok nakal itu.
"Terus, lo mau apa sama si Davi?" tanya Kia melanjutkan.
Chaca tersenyum manis," Mau jadi teman dia dong," ucap Chaca membuat ketiga temannya diam beberapa detik.
"Cha! Lo pernah gue kasih tau kan, tentang si Davi?" tanya Leta memastikan bahwa temannya tidak amnesia.
Chaca mengangguk."Iya Chaca tau, terus kenapa?" Chaca balik bertanya.
Kia mendesah berat."Jangan aneh-aneh deh, Cha. Davi itu bukan cowok baik, hobi nya ke club malam, lo tau kan cowok kalo udah ke club ngapain!" ucap Kia menjelaskan.
"Ngapain emang?" tanya Chaca tidak tahu. Lagi pula seumur hidupnya ia tidak pernah datang ke tempat laknat itu. Dan, tidak tau di dalamnya seperti apa, yang ia dengar club malam adalah tempat semua orang membuat dosa.
"Lo gak tau di dalam club malam ngapain aja?" tanya Leta sedikit tidak percaya. Pasalnya, club malam adalah tempat para remaja bersenang-senang, bahkan ketika putus cinta saja banyak yang menghabiskan waktunya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CINTA DAN LOGIKA [COMPLETED]
Fiksi UmumWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! Pertemuan kita adalah sebuah takdir yang tuhan rencanakan. Cover by : @Jeyyathala **** Berteman denganmu ternyata tidak semenyenangkan yang aku pikir, ada rasa yang tak terbalaskan dan itu menyakitkan. _Kalisa Zeli...