55-Antara cinta dan logika

6K 324 38
                                    

Aku tidak hilang.
Aku hanya ingin istirahat sebentar.

****

DAVI, cowok itu terus mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kantin. Penampilannya yang acak-acakan membuat semua siswa-siswi menatap horor ke-arah Davi. Lingkar mata yang menghitam, kancing baju terlepas dan rambut yang berantakan membuat semua yang melihatnya bergidik ngeri. Mereka mengira Davi habis bertengkar, namun semua itu salah! Semalaman Davi tidak tidur dan tidak makan hanya karena Chaca, gadis polos yang sukses membuat hidupnya hancur karena kesalahan yang ia buat dengan sendirinya.

Pukul 06.00 pagi Davi datang ke-sekolah hanya untuk menemui Chaca. Namun sedari tadi ia belum melihat batang hidung Chaca. Ia sudah mencari Chaca di kelas, perpustakaan, lab dan sekarang kantin. Tetapi Davi sama sekali tidak melihat keberadaan Chaca. Mungkinkah gadis itu tidak sekolah? Tetapi, kemana Chaca pergi selama semalaman dan satu hari ini? Ya Tuhan, Davi hanya ingin bertemu dan meminta maaf pada gadis polos itu, tapi kenapa sulit sekali bertemu dengan Chaca?

"Woi!" sentak Ivan membuat Davi terpelonjat kaget.

"Bangsat!" umpat Davi.

"Anjir, kalem dong!" decak Ivan.

"Lo gapapa, Dav? Penampilan lo kayak orang gila!" ejek Rafa seraya geleng-geleng.

Davi mengacak-acak rambutnya seraya mendesis,"Gue mau Chaca! Dimana dia?" lirih Davi seraya mendudukan bokongnya pada kursi.

"Gue gak tau, nyet! Kalo neng Chaca gak ada di rumah sama di sekolah, terus kita harus cari kemana lagi?" tanya Ivan.

Davi menggeleng lemah sebagai jawabannya.

Rafa mendesah pelan,"Berengsek si lo! Jadi kayak gini kan? Menyesal? Apa itu berguna? Setelah lo buat Chaca nangis berkali-kali," ucap Rafa menatap Davi kasihan.

"Terus gue harus apa?" lirih Davi.

"Cari Chaca!" tegas Rafa.

"Gue udah cari dia kemana-mana! Ponselnya gak aktif, terus gue harus cari dia kemana lagi?" keluh Davi.

Rafa mendesah pelan,"Cari Chaca ke rumahnya!" suruh Rafa seraya menepuk-nepuk pelan bahu Davi.

Davi berdecih seraya menaikan satu alisnya,"Lo bego? Semalam gue ke rumah Chaca sampai tengah malam tapi gak ada orang sama sekali! Gue udah ketuk pintunya, gue udah teriak-teriak tapi tetep aja gak ada yang jawab," ungkap Davi.

"Si Chaca kemana?" tanya Ivan sepontan.

Peletak!

Rafa dan Davi menjitak puncak kepala Ivan secara bersamaan. Pertanyaan bodoh!

"Sakit jing!" kesal Ivan.

"Lo tolol!" decak Rafa.

"Goblok-nya natural!" tambah Davi sarkas.

"Gue kan tanya, emang salah?" ucap Ivan.

"Salah bego!!!" sunggut Davi dan Rafa kompak.

"Dimana salahnya gue?" heran Ivan.

"Denger ya jantan! Kalo kita tau si Chaca dimana, mungkin kita enggak akan pusing nyari dia!!!" geram Rafa.

Ivan hanya menyengir menampikan sederetan gigi putihnya. Membuat Davi dan Rafa geram melihat tampang menyebalkan Ivan. Susah sih kalau orang mempunyai otak di pantat!

Davi berdecak,"Terus gimana gue bisa bertemu Chaca?" tanya Davi yang mulai frustrasi.

Rafa mendengus,"Kan gue bilang lo ke rumah Chaca!"

ANTARA CINTA DAN LOGIKA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang