Sekuat apapun kamu berlari
Sehebat apapun kamu bersembunyi
Jika tuhan sudah mentakdirkan untuk bersama aku bisa apa?****
Rintik hujan terus berjatuhan ke bumi, tidak mengenal rasa sakit walau sudah jatuh berkali-kali. Semilir angin menerpa kulit dengan begitu lembut walau tidak terlihat, memberikan rasa nyaman setiap sentuhannya.
Jika di ibaratkan, perasaan Chaca pada Davi itu sama seperti semilir angin, tidak terlihat namun terasa. Gadis polos itu dengan setia berdiri di pinggir jalan sambil berteduh, menunggu hujan reda agar bisa pulang ke-rumah.
Hari sudah mulai petang, namun ia belum juga kembali ke-rumah. Chaca sedikit menyesal karena terlalu lama bermain di rumah Iren, alhasil ia jadi terjebak hujan begini. Ponsel Chaca juga mati akibat baterai-nya habis, kalau sudah seperti ini bagaimana caranya ia pulang?
"Ya Tuhan Chaca mau pulang, semoga saja ada orang yang berbaik hati yang mau mengantarkan Chaca pulang. Bukan penculik ataupun penjahat," Chaca bermonolog sendiri sembari menempelkan kedua telapak tangannya. Berdoa agar Tuhan mengabulkan permintaannya.
Benar saja, belum lama Chaca berdo'a sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti tepat di depan Chaca. Tapi... Siapakah dia? Bagaimana jika penculik. Chaca sedikit was-was kalau benar itu adalah seorang penculik.
Rasa takutnya seketika hilang dan tergantikan dengan senyuman yang merekah. Mata Chaca berbinar setelah orang itu keluar dari dalam mobil.
"Aidan..." ucap Chaca berbinar.
Davi berlari kecil menghampiri Chaca yang tengah berdiri di pinggir jalan. Dari kejauhan ia tidak sengaja melihat Chaca yang terjebak hujan, sudah pasti gadis polos itu kedinginan. Kan kasian kalau nanti sakit.
"Lo ngapain sih sendirian di sini? Hari udah mulai gelap, untung aja ada gue coba kalo enggak, pasti gak bisa pulang lo," omel Davi seraya memutar bola mata malas.
Chaca mengulum senyum manisnya, aduh rasanya jantung Chaca mau melompat saja melihat Davi marah-marah seperti itu. Sangat menggemaskan.
"Lo stres kah? Kenapa senyum-senyum gitu coba, udah ah ayo gue antar pulang, pasti Bunda lo nyariin," ucap Davi tak santai.
"Ciee... Aidan perhatian sama Chaca, atau Aidan udah mulai suka ya sama Chaca," ucap Chaca.
Davi memutar bola mata jengah,"Ciee... Yang seneng di perhatiin," ucap Davi malas.
"Benar kan Aidan suka sama Chaca?" tanya Chaca.
Davi menghembuskan napasnya secara kasar."Percaya diri banget lo cewek aneh, gue cuma enggak sengaja liat lo disini. Masih untung gue mau antar lo pulang," ucap Davi sarkas.
"Lagi pula kita ini kan temenan," lanjut Davi seraya menarik pergelangan Chaca.
"Kapan jadi pacarnya Aidan?" ucap Chaca.
Davi menghela nalasnya perlahan,"Gue udah pernah bilang, kalau hati gue ini cuma buat Maura seorang," ucap Davi membuat Chaca menekuk wajahnya kesal.
"Bosen banget tau enggak sih denger nama Maura lagi. Maura lagi. Emang dia siapa sih? " ucap Chaca malas.
Davi tak menggubris, ia tidak mau terbawa emosi lagi untuk yang kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CINTA DAN LOGIKA [COMPLETED]
Fiksi UmumWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! Pertemuan kita adalah sebuah takdir yang tuhan rencanakan. Cover by : @Jeyyathala **** Berteman denganmu ternyata tidak semenyenangkan yang aku pikir, ada rasa yang tak terbalaskan dan itu menyakitkan. _Kalisa Zeli...