Mulai sekarang aku sadar, bahwa begitu rumit jika harus berurusan dengan cinta. Banyak risiko yang harus di tanggung. Apalagi menyangkut hati.
****
BUS satu, dua, tiga dan empat sudah sampai ditempat lokasi. Akhirnya mereka semua bisa sampai dengan selamat, perjalanan pun tidak terlalu macet. Jadi, bisa dengan cepat sampai di puncak Bogor.
Davi mendesah pelan saat melihat Chaca tertidur sembari bersandar di bahunya. Mau tidak mau ia harus membangunkan Chaca dari alam mimpinya, karena sudah sampai dan harus segera keluar. Bahkan semua anak-anak sudah tidak ada, tinggal lah mereka berdua di dalam bus.
"Cha, bangun!" ucap Davi seraya menepuk-nepuk pelan bahu Chaca.
Tangan Davi pun terulur untuk menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Chaca. Tanpa sadar Davi tersenyum tipis, ia baru menyadari bahwa Chaca mempunyai wajah yang cantik. Bahkan lebih cantik dari ketiga temannya.
"Huaaaa..." Chaca mengerang dengan suara paraunya. Membuat Davi gelagapan karena takut ketahuan telah memandangi wajah cantik Chaca.
"Sudah sampai kah?" tanya Chaca seraya mengucek kedua matanya.
"Udah!" jawab Davi malas.
Chaca melirik kanan-kiri, keningnya mengkerut karena tidak menemukan satu orang pun.
"Kenapa lo? Masih ngantuk," tanya Davi malas.
Chaca menggeleng,"Enggak. Cuma Chaca bingung, kemana yang lainnya?" heran Chaca.
Davi mendesah berat,"Udah keluar semua lah! Elo si tidur terus," kesal Davi.
Chaca mengerucutkan bibirnya,"Kok jadi salah Chaca sih," kesal Chaca tak terima disalahkan.
"Ya emang salah lo," ucap Davi tak mau kalah.
Chaca menghela pasrah,"Yaudah deh. Salah Chaca, untung aja Chaca sayang sama Aidan," ucap Chaca membuat Davi tertegun.
"A... Apaan si lo. Udahlah ayo kita keluar, udah mulai baris tuh," ucap Davi mengalihkan pembicaraan. Setelah itu ia mulai berjalan keluar dan meninggalkan Chaca.
Chaca bersungut sebal, ia pun mulai memakai jaketnya dan menyambar tas ranselnya. Setelah itu baru ia berjalan menyusul teman-teman yang lainnya.
🍭🍭🍭
Chaca mulai memasuki barisan yang sudah ada Leta, Iren dan juga Kia. Chaca berdecak, kesal karena tidak berdekatan dengan Davi. Cowok itu malah baris di sebelah kanan paling ujung. Menyebalkan.
"Gimana perjalanannya, Cha?" tanya Iren menyadarkan Chaca.
"Mmmm... Gitu deh," jawab Chaca seraya tersenyum kikuk. Memang tidak ada yang berkesan, sepanjang perjalanan ia hanya tertidur. Tapi, beruntung ia bisa bersandar di bahu Davi.
"Jadi, belum berhasil ngambil hati si Davi?" kini giliran Kia bertanya.
Chaca menggeleng,"Belum, susah banget! Padahal Chaca sudah berusaha," ucap Chaca seraya mendesah pelan.
Leta tersenyum jahil,"Cha, gue punya saran," ucap Leta seraya menaik turunkan alisnya.
"Apa Leta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CINTA DAN LOGIKA [COMPLETED]
Ficção GeralWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! Pertemuan kita adalah sebuah takdir yang tuhan rencanakan. Cover by : @Jeyyathala **** Berteman denganmu ternyata tidak semenyenangkan yang aku pikir, ada rasa yang tak terbalaskan dan itu menyakitkan. _Kalisa Zeli...