Hari ini adalah hari senin. Tepat jam 7 seluruh murid SMA Tunas Bangsa berkunpul di lapangan untuk melaksakan upacara bendera. Dan setelah upacara bendera diadakan razia bagi murid-murid yang tidak memakai atribut sekolah dengan lengkap.
"Lambang kelas gue hilang," ucap Tama saat menyadari lambang kelas yang tertempel di bajunya itu tidak ada.
"Mampus lo," ujar Darrel menakut-nakuti.
"PAK INI SI TAMA GAK ADA LAMBANG KELAS," teriak El membuat seorang guru lelaki langsung menghampiri Tama.
"Anjir lo!," kesal Tama, sedangkan El langsung tertawa jahat.
"Masih sakit Rin?," tanya Delisa sembari menatap Erin.
Erin menggeleng pelan, "Enggak kok Del," sahutnya. Kondisi tubuhnya memang sudah lumayan membaik, kepalanya pun tak terlalu pusing.
Setelah razia selesai, murid-murid diperkenankan menuju ke kelas masing-masing. Erin dan Delisa pun langsung menuju ke kelas. Sesampainya di Kelas, Erin langsung duduk di kursinya, ia membuka buku tulis Kimia nya.
"Ada tugas?," tanya Delisa.
Erin menggeleng pelan, "gak ada, gue cuman baca-baca aja," sahutnya.
Delisa mengangguk paham, sahabatnya yang satu itu memang sangat rajin, berbeda jauh dengannya yang sangat pemalas, mengerjakan PR pun malas, apalagi hanya sekadar belajar biasa.
Tak berapa lama kemudian, Pak Jaka selaku guru Kimia pun masuk kedalam ruang kelas XII IPA 3 tersebut. Seluruh murid yang tadinya kesana kemarin langsung duduk pada kursi mereka masing-masing.
"Pagi semua"
"PAGIII"
"Ada tugas?"
"GAK ADA PAK,"
Pak Jaka mengangguk, "Oke, berhubung habis ini saya mau ke SMAN 1 karena ada pertemuan, jadi kalian kerjain tugas yang saya berikan ya, tugasnya saya share ke ketua kelas, Zidan masih menjadi ketua kelas?," tanya Pak Jaka.
Zidan memutar bola matanya malas, "Masih lah Pak, dikelas ini cuman saya yang berwibawa," jawav Zidan.
"Yak, tugasnya saya share ke Zidan, nanti Zidan kamu share ke teman-teman kamu ya. Saya permisi dulu." Setelah itu Pak Jaka pun pergi keluar dari kelas, betapa bahagianya murid-murid XII IPA 3 saat itu.
"Ayok Rin sarapan ke Kantin," ajak Delisa semangat.
"Gue mau ngerjain ini dulu, lo duluan aja," ucap Erin pelan. Ia memilih untuk mengerjakan tugas yang tadi diberikan, karena ia tidak mau tugasnya menumpuk dirumah.
Bibir Delisa mengerucut mendengar jawaban Erin, "ya udah deh gue tunggu," ucapnya.
Tak butuh waktu lama untuk Erin menyelesaikan tugas yang diberikan tadi, hanya 5 soal, dan itu termasuk soal yang mudah bagi Erin. Berbeda dengan teman-temannya, satu soal aja sudah pusing apalagi lima.
"Skuy Del." Erin menaruh pulpennya didalam buku.
"Yok."
Kedua gadis itu pun pergi menuju ke Kantin untuk sarapan. Suasana Kantin tidak terlalu ramai pagi ini, mungkin karena ini masih jam pelajaran. Hanya ada beberapa murid disana.
"Eh eh." Delisa memanggil seorang adik kelas perempuan yang rambutnya diikat lalu dikuncir.
"Kenapa Kak?," tanyanya dengan tenang.
"Boleh minta tolong gak?"
"Apa Kak?"
"Pesenin nasi goreng 2 sama es jeruk 2, nih duitnya, antarin kesini juga sih kalau bisa, tapi harus bisa ya," ucap Delisa sembari memberikan selembar uang berwarna biru kepada gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Teen Fiction[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] Namanya adalah Sherina Valerie atau kerap disapa Erin, dan ia adalah pemeran utama dalam cerita ini. Sosok gadis yang sangat ceria, sama sekali tak terlihat bahwa ia menyimpan luka. Dulu, Erin juga pernah merasakan kehangatan keluarga, b...