~27~

43.5K 2.5K 44
                                    

Erin sibuk merapikan rambut Darrel, sedangkan Darrel tampak sibuk memainkan handphone nya.

"Udah, selesai, sana ke prom night," ucap Erin kearah Darrel.

Darrel beralih menatap Erin, ia tersenyum tipis, "Makasih."

"Ya, udah jam 7 malam nih, otw sana."

Darrel mengangguk singkat lalu ia mengusap-usap puncak kepala Erin, "Hati-hati."

"Lo yang hati-hati, gak jelas."

Darrel menghela nafasnya, tetap tersenyum mencoba untuk bersabar, "Iya, maksud gue lo hati-hati disini, Bi Inem kan pamit ke Supermarket, jadi lo sendiri di Apart, kalau ada apa-apa hubungin gue," jelas Darrel.

Erin tersenyum tipis mendengar penjelasan Darrel, ia mengangguk paham, "Iya."

"Gue otw dulu, El sama Tama kayaknya udah disana deh," ucap Darrel.

"Hati-hati."

"Lo juga." Darrel pun bergegas pergi keluar dari Apartement.

>~<

Erin duduk di sofa ruang tengah sembari memainkan handphone nya. Baru 30 menit Darrel pergi, namun mengapa ia sudah merindukan lelaki itu, tak seperti biasanya. Biasanya, Erin selalu muak melihat wajah Darrel.

Bi Inem pun belum kembali, Erin semakin bosan di Apartement, ia menonton kartun di televisi sembari mengusap-usap perutnya dan tersenyum.

Tok...tok...tok...

Erin menatap kearah pintu yang tertutup rapat itu, siapa yang mengetuk pintu barusan.

"Mungkin bi Inem," batin Erin. Ia pun berdiri dan berjalan perlahan kearah pintu.

Ceklekkk...

Erin membuka pintu, dan terlihatlah dua orang gadis yang berdiri disana sembari tersenyum miring kearahnya.

"Vanilla? Lo ngapain disini? Bukannya seharusnya lo prom night malam ini?," bingung Erin.

Vanilla menatap Erin sembari tersenyum miring, "Gue sengaja gak ikut prom night, karena gue tau Darrel bakal pergi, dan gue bisa bawa lo pergi dari sini!."

Vanilla langsung mencengkram lengan kanan Erin. Erin pun tak tinggal diam, tentu saja ia berontak agar dilepaskan oleh Vanilla, namun tenaganya tak sebanding dengan Vanilla dan seorang gadis lainnya.

"Lin, kita harus cepat bawa dia pergi dari sini," ucap Vanilla kepada seorang gadis yang disebutnya dengan sebutan 'Lin' itu.

"Ayok Van, buruan."

"Alin, lo tutup pintunya dulu."

Alin mengangguk singkat, ia pun menutup pintu dan kembali mencengkram lengan kiri Erin, "Ayok Van."

"Lepasin gue!."

"Bodoh namanya kalau gue ngelepasin lo!." Vanilla menatap tajam Erin.

Vanilla dan Alin pun membawa Erin pergi. Didalam mobil pun Erin memohon kepada Vanilla dan Alin agar membiarkannya pergi.

"Please Van, gue salah apa sih sama lo?."

Vanilla yang sedang menyetir pun langsung berdecih, "Cih! Salah lo? Banyak! Gak perlu disebutin, karena salah lo sama gue itu banyak banget!."

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang