~17~

40.9K 2.7K 31
                                    

Setelah para saksi mengatakan Sah, Darrel dan Erin pun resmi menjadi sepasang suami istri. Erin masih tidak menyangka ia akan menjadi istri dan calon ibu di usia semuda ini. Erin menatap sekilas Darrel yang duduk disebelahnya, wajah lelaki itu tampak datar, tak berekspresi.

Acara pernikahan ini hanya mengundang keluarga saja, itupun tidak terlalu banyak. Memang sengaja, karena acara ini dibuat sangat tertutup.

Setelah acara selesai, Erin, Darrel, dan para keluarga Darrel berkumpul di ruang keluarga. Mereka mengobrol disana. Erin tampak sangat canggung berada di situasi ini, ia tampak seperti orang asing.

"Darrel, ini sudah jam 5 sore, sebaiknya kamu ajak Erin untuk kembali ke apartement kamu. Besok kamu harus Sekolah kan?," ucap Yuni dengan nada bertanya diakhir kalimat.

Darrel mengangguk, "Iya Ma." Erin dan Darrel pun berpamitan untuk pulang.

Tentunya sepanjang perjalanan pulang, didalam mobil hanya ada keheningan diantar Erin dan Darrel. Namun kali ini, Erin mulai bersuara.

"Anterin gue ke kostan gue aja," ucapnya tanpa menatap Darrel, pandangannya lurus kedepan, menatap jalan raya.

Darrel menatap Erin sekilas lalu kembali fokus menyetir, "Kenapa?"

"Gak papa."

"Ikut gue ke apartement, bisa-bisa gue dimarahin sama nyokap bokap gue kalau lo gak ikut sama gue, udah deh lo gak usah banyak tingkah!," ucap Darrel sedikit kesal.

"Lagian gue juga gak bawa baju," sahut Erin memberi alasan.

"Nanti gue suruh orang buat nganterin pakaian lo ke apartement gue, santai aja, gue orang kaya kok," ucap Darrel songong.

"Sombong banget," ucap Erin pelan.

Setelah itu baik Erin maupun Darrel tak ada lagi yang membuka suara, keduanya diam. Tak terasa akhirnya mereka sampai di Apartement, Darrel memarkirkan mobilnya ke tempat parkiran.

Keduanya berjalan masuk menuju Apartement. Darrel memencet sebuah kode lalu pintu Apartementnya terbuka otomatis. Tentu saja Darrel langsung masuk tanpa memerdulikan Erin, Erin pun hanya mengikuti Darrel.

Erin menatap ke setiap sudut ruangan, ruangan ini cukup luas, dan cukup rapi.

"Di Apart ini cuman ada 1 kamar, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang tengah," jelas Darrel.

Erin mengangguk paham, "Masih mending ada," sahutnya.

Darrel mulai melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi tanpa sepatah kata pun. Sepertinya Erin harus terbiasa dengan sikap Darrel yang cuek kepadanya. Padahal dulu, saat di kelas, Darrel sering menjailinya, tak dirinya saja, tapi seisi kelas.

Mungkin Darrel masih belum menerima kehadiran Erin di hidupnya. Tak apa, Erin maklumi itu.

Tok...tok...tok...

Erin langsung membuka pintu, dan terlihatlah seorang wanita membawa sebuah koper sembari tersenyum tipis.

"Non Erin ya? Saya Inem biasa dipanggil Bi Inem, saya pembantu di Apartement ini, dan ini pakaiannya Non Erin," jelasnya lalu ia memberikan koper tersebut kepada Erin sembari tersenyum hangat.

"Makasih Bi, maaf ya ngerepotin," ucap Erin tak enak.

"Gak apa-apa Non, ya sudah saya mau langsung ke daput ya mau siapin buat makan malam, permisi Non." Bi Inem berjalan melalui Erin dengan sedikit menunduk, Erin hanya diam, lalu ia menutup pintu dan menarik koper tersebut menuju ke kamar.

Mata Erin tak hentinya menatap sekeliling kamar Darrel, kamarnya tertata rapi. Ada sebuah ranjang berukuran king size, lemari pakaian yang cukup besar, sebuah nakas, meja belajar, beberapa bingkai foto yang ada di dinding, karpet, dan televisi.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang