~23~

41.5K 2.7K 62
                                    

"Rel, besok hari terakhir Ujian kan? Gue perhatiin, dari hari pertama, sampai sekarang, lo gak ada belajar, lo gimana sih," omel Erin saat melihat Darrel yang sedang berbaring bermalas-malasan diatas kasur.

"Capek," sahutnya asal.

"Capek ngapain? Lo gak ada ngapa-ngapain!," omel Erin lagi, kali ini sembari menatap sinis Darrel.

"Lo gak capek ngedumel mulu?," heran Darrel.

Erin menggeleng cepat, ia duduk di tepi kasur sembari menatap Darrel malas, "Enggak, orang kayak lo itu memang sudah seharusnya diomelin!."

Darrel mengangguk, "Hmm, iya."

"Belajar."

"Apa yang mau gue pelajarin, gue gak tau apa-apa," sahut Darrel santai.

"Besok matpel apa?."

Darrel terdiam sejenak, ia tampak berfikir, "Kimia, kayaknya," sahutnya.

"Kok kayaknya sih, yang bener Rel," ucap Erin malas.

"Iya kayaknya sih bener," sahut Darrel lagi.

"Ambil buku lo, pulpen juga, cepet," suruh Erin.

Darrel terdiam, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Hah?," cengonya.

"Ambil aja," sahut Erin berusaha untuk tetap sabar.

Darrel mengangguk singkat, ia pun turun dari kasur, berjalan kearah meja belajar mengambil buku serta pulpen.

"Buku cetaknya mana," komen Erin saat melihat Darrel kembali hanya membawa buku tulis dan pulpen.

Darrel pun menaruh buku tulis dan pulpen yang dibawanya itu diatas kasur, ia kembali berjalan mengambil buku cetak pelajaran Kimia.

"Duduk," titah Erin.

Darrel pun duduk dihadapan Erin, menatap buku-buku tersebut dengan malas.

"Mana yang gak ngerti."

Hening.

Tak ada sahutan.

"Rel? Mana yang gak ngerti," ulang Erin.

"Hah? Yang gak ngerti?." Darrel tersadar dari lamunannya, "Semua," ucapnya santai.

Erin memutar bola matanya malas, ia menghela nafasnya pasrah. Ia pun mulai membuka buku cetak yang lumayan tebal itu.

"Oke kita mulai dari sini."

Darrel menatap tulisan-tulisan yang ada di buku tersebut dengan malas.

"Unsur gas yang bersifat sinar yang dipancarkan dan digunakan dalam terapi kanker adalah— masa lo gak tau Rel, ini udah soal paling mudah," ucap Erin sembari menatap Darrel yang tampak tidak fokus. Ia memainkan pulpen yang dipegangnya itu, memutar-mutarnya diantara jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Rel!," kesal Erin.

"Hmm?."

"Apa jawabannya!."

Darrel menatap soal itu, membacanya, lalu mengangkat kedua bahunya, "Gak tau," sahutnya santai.

"Jawabannya itu Radon!."

Darrel mengangguk paham, "Oh."

"Oh doang? Disilang itu pilihannya," ucap Erin mencoba untuk tetap sabar.

"Gak ada pilihannya."

"Masa sih—" Erin menatap 5 pilihan jawaban dari pertanyaan tadi, "Ada kok, ini Radon yang E," ucapnya.

"Gue maunya milih lo, gimana?."

Erin menatap Darrel, kaget? Tentu saja. Bagaimana bisa Darrel berkata seperti itu kepadanya.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang