~11~

41.9K 2.9K 23
                                    

VOTE VOTE VOTE!!!













Erin menunduk, tak ingin menatap Delisa. Sedangkan Delisa, ia masih syok dan belum bereaksi apapun.

"Erin?"

Erin mengangkat kepalanya, menatap sahabatnya itu. Dan ia begitu kaget saat Delisa langsung memeluknya erat, ia pikir Delisa akan mengatainya. Tapi nyatanya, Delisa malah memeluknya erat.

Beberapa detik kemudian, Delisa melepaskan pelukannya. Ia menatap Erin, lalu mengusap air mata Erin dengan ibu jarinya.

"Lo tenang ya, cerita sama gue, apa yang sebenarnya terjadi," ucap Delisa dengan nada lembut.

Namun Erin rasanya tak sanggup untum berbicara, air matanya terus menetes, hal itu membuat Delisa kembali memeluknya.

"Sudah dong jangan sedih, kalau lo belum siap cerita gak papa, nanti aja ceritanya," ujar Delisa, ia melepaskan pelukannya lalu menatap Erin yang matanya tak berhenti mengeluarkan air mata.

"Katanya Sherina Valerie gak cengeng, kok nangis?." Delisa tersenyum hangat kearah Erin.

Erin mengusap air matanya, lalu ia tersenyum kearah Delisa, "Lo gak bakal ngejauh dari gue kan Del?," tanya Erin ragu.

"Enggak, buat apa gue ngejauh dari lo?." Delisa terkekeh setelahnya.

"Siapa tau lo malu punya sahabat kayak gue terus lo ngejauh dari gue," jelas Erin dengan polosnya.

"Hahaha ya enggak lah, yang namanya sahabat itu ada disaat susah maupun senang. Dan ini fungsi gue sekarang, gue harus support lo." Delisa tersenyum hangat kearah Erin, dan Erin membalas senyuman itu.

"Siapa Rin?"

"Siapa apanya?"

"Yang buat lo begini"

"Emm—"

"Bilang aja, gak usah takut," ucap Delisa meyakinkan Erin.

"Darrel."

"WHAT? DARREL? DARREL ALFINO SANDERS?!," teriak Delisa, ia benar-benar terkejut saat mengetahui ternyata orang yang menghamili sahabatnya itu adalah Darrel.

Erin mengangguk pelan, "iyalah dia."

"Siapa tau kan Darrel anak kelas XII IPA 1 yang cupu parah itu." Delisa tertawa terbahak-bahak setelah mengucapkan kalimat tersebut.

"Idih!." Erin bergidik geli.

"Terus? Darrel gimana? Tau?," tanya Delisa kembali kepada topik pembicaraan sebelumnya.

Erin mengangguk cepat, "Tau!"

"Respon dia gimana?"

"Dia malah gak percaya sama gue. Malahan dia bilang dia gak pernah nidurin gue, sinting emang tuh cowok! Terus dia malah bilang kenapa gue gak ngehindar, ya gue bilang lah gue udah ngehindar tapi dianya narik tangan gue, sakit banget tau!," jelas Erin, sekalian curhat.

"Jangan benci-benci banget Rin, nanti anak lo mirip sama Darrel lo!"

Erin menatap Delisa kesal, "Ya kan memang anaknya dia!," kesalnya.

"Marah-marah mulu, ck!"

"Abisnya lo ngeselin." Erin memanyunkan bibirnya.

"Jadi intinya, Darrel gak mau tanggung jawab?,"

Erin mengangguk singkat, "Bahkan dia gak ngerasa nidurin gue," tambah Erin.

"Dia mabuk kan pas itu?"

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang