~29~

48.7K 2.6K 38
                                    

"Kondisi pasien semakin memburuk."

Darrel kaget mendengar perkataan Dokter tersebut, "Dok, tolong lakukan yang terbaik buat istri saya, saya tidak peduli seberapa mahal biaya pengobatannya, pasti akan saya bayar," tegas Darrel.

"Kami pasti melakukan yang terbaik untuk pasien, tapi kondisi pasien tak kunjung membaik malah semakin memburuk. Banyak-banyak berdoa saja agar pasien bisa cepat melewati masa kritisnya."

"Saya boleh jenguk istri saya?."

Dokter itu mengangguk, "Tentu, silahkan."

Darrel pun langsung masuk kedalam ruangan dimana Erin dirawat. Darrel menatap wanita yang berstatus sebagai istri sah-nya itu, ia menghampiri Erin, menatap wajah Erin yang memucat.

Darrel mendekatkan wajahnya dengan wajah Erin, ia terdiam sejenak sebelum mengeluarkan suara.

"Rin..."

"Bangun."

Tak ada sahutan, bahkan tak ada tanda-tanda Erin sadar.

"Sayang..."

"Open your eyes, please by," ucap Darrel dengan nada lirih.

"Aku dan anak kita menunggumu sadar, jadi, kamu jangan lama-lama tidurnya."

"Aku bakal beliin apapun yang kamu mau asalkan kamu sadar, kamu buka mata kamu. Aku bakal turutin apa aja yang kamu mau Rin."

"Ah iya, siapa nama anak kita? Aku gak bisa bikin nama, ntar aku bikin namanya ngaco lagi hahaha."

"Rin, denger aku gak sih?."

"Buka mata kamu dong, kamu gak pengen liat anak kita? Kamu harus kuat Rin, aku dan anak kita butuh kamu."

"Permisi, jam besuk sudah habis," ucap seorang suster yang tiba-tiba membuka pintu.

Darrel menatap kearah suster tersebut, ia mengangguk singkat, lalu beralih menatap kearah Erin, tangannya terulur mengusap puncak kepala Erin.

"Aku keluar dulu, kamu cepat sadar, love you."

Setelah itu, Darrel pun keluar dari ruangan tersebut. El, Tama, dan Yuni langsung menghampiri Darrel.

"Bagaimana kondisi Erin, Rel?," tanya Yuni begitu melihat Darrel.

Darrel menghela nafasnya pelan, "Seperti yang dokter katakan."

"Sabar ya Rel," ucap Tama sembari menepuk pundak Darrel.

"Erin pasti kuat Rel, gue yakin Erin kuat, dia gak bakal ninggalin lo dan anak lo," ucap El berusaha meyakinkan sahabatnya itu.

"Darrel, ini sudah larut malam, Mama pulang dulu ya, besok Insha Allah Mama kesini lagi, kalau ada apa-apa langsung hubungi Mama ya Rel," ucap Yuni kearah Darrel.

Darrel mengangguk singkat lalu tersenyum tipis, "Iya Ma, Mama hati-hati ya, Mama bawa mobil sendiri atau sama supir?."

"Sendiri."

"Hati-hati Ma," ucap Darrel yang dibalas anggukan dari Yuni. Yuni pun pergi meninggalkan Darrel, El dan Tama.

"Kalian gak pulang?," tanya Darrel kearah kedua sahabatnya itu.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang