~20~

45.1K 2.7K 51
                                    

Erin duduk diatas kasur Delisa sembari memakan cemilan, sedangkan Delisa ia bilang ingin mengganti pakaian terlebih dahulu.

"Hey..."

Erin sontak melihat kearah Delisa yang baru saja keluar dari kamar mandi, Delisa hanya memakai piyama biasa.

"—tayo," sambung Delisa membuat Erin mendengus kesal.

Delisa tertawa kecil melihat Erin lalu ia ikut duduk diatas kasur dan langsung memakan cemilan.

"Okey Rin kita mulai pergibahan ini—"

"Buruan," sahut Erin tak sabaran.

"Njir, hati-hati ntar anak lo pas udah gede doyan gibah," ujar Delisa dengan nada menakut-nakuti.

"Gak papa, kan Mamanya doyan gibah," sahut Erin santai.

"Ah terserah lo deh—" Delisa terdiam sejenak, "Jadi gini, di Sekolah, si Rika gak berenti ngedeketin Darrel, bahkan dia ke kelas mulu buat nyamperin Darrel! Gue omelin terus tuh anak tiap ke kelas, gak ada kapoknya heran." Delisa bercerita dengan semangat.

Erin menaikkan sebelah alisnya, "Terus?."

"Astaga Erin! Lo itu harusnya cemburu! Gimana kalau Rika berhasil rebut Darrel dari lo?!."

Erin memutar kedua bola matanya dengan malas, "Lo tau sendiri kan, Darrel itu sukanya sama Vanilla, bukan Rika," ucapnya.

Delisa mengangguk mengiyakan, "Iya juga sih, terus lo gak cemburu gitu sama Vanilla?!"

Erin mengangkat kedua bahunya seolah menjawab 'tidak tau'.

"Btw gue lupa cerita sama lo nih, malam kemarin si Vanilla ke Apartement—"

"WHAT WHAT?! LO SERIUS?," pekik Delisa kaget.

Erin mengangguk singkat, "Serius lah! Ya kali bohong, buat apa juga gue bohong!."

"Ngapain dia?."

"Ya ngobrol-ngobrol sama Darrel. Mana romantis banget—"

Delisa tersenyum menggoda kearah Erin, "Nahhh.. cemburu kan lo!," tuduhnya.

"Eng—enggak! Gak gitu," ucap Erin gugup. Ah bodoh sekali, kenapa ia bisa gugup.

"Lo suka sama Darrel Rin!."

"Enggak Del," sahut Erin.

"Ih iya lo suka, cuman lo gengsi aja mau ngakuin, gue tau kok, walaupun lo gak ngomong langsung sama gue, tapi gue tau, hahahaha," cerocos Delisa sembari tertawa.

Erin menggerutu kesal melihat Delisa, sahabatnya yang satu itu memang sangat menjengkelkan.

"Terserah!."

>~<

Darrel masuk kedalam Apartementnya dan langsung duduk di sofa. Tiba-tiba ia teringat Erin, apakah wanita itu sudah tertidur di kamar?.

Dengan gerak malas, Darrel pun berjalan menuju ke kamarnya. Saat pintu kamar berhasil ia buka, ia tak melihat siapapun disana.

Kening Darrel mengkerut, kemana Erin, oh mungkin saja di dapur. Darrel pun berjalan menuju ke dapur dan ia hanya melihat Bi Inem yang sedang bersih-bersih.

"Bi, Erin mana?," tanya Darrel kepada pembantunya itu.

"Non Erin tadi pergi Den," sahut Bi Inem.

Darrel menaikkan sebelah alisnya, "Kemana?."

"Waduh saya kurang tau Den, tadi kata Non Erin dia pergi sama sahabatnya," sahut Bi Inem.

Darrel mengangguk paham. Ia pun pergi menuju ke kamar dan langsung berbaring diatas kasur.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang