Hari terus berlalu, hubungan Erin dan Darrel pun jauh lebih baik, sepertinya Darrel mulai menerima kehadiran Erin di hidupnya. Kini kandungan Erin sudah berusia 5 bulan, dan tentunya perutnya sudah membesar.
Siang itu, Erin sedang asyik membaca novel yang baru dibelikan Delisa kemarin. Erin duduk di sofa ruang tengah, matanya tak berhenti membaca setiap tulisan yang ada didalam novel tersebut.
"Lagi apa?," ucap seorang lelaki yang tiba-tiba duduk disebelah Erin sembari memperhatikan Erin yang tampak sangat fokus membaca.
Erin menatap lelaki itu sekilas lalu ia kembali fokus membaca, tak berniat untuk menjawab ucapan lelaki tersebut. Menurutnya, itu adalah pertanyaan yang sangat bodoh, apakah lelaki itu tidak bisa melihat apa yang sedang dilakukannya?.
"Kalau suaminya nanya itu dijawab, jangan dikacangin," sindir lelaki itu yang tak lain adalah Darrel.
Erin memutar bola matanya malas, "Lo gak liat gue lagi apa?."
"Kan cuman basa-basi, daripada gak nanya sama sekali," sahut Darrel tanpa beban.
"Tumben libur gini dirumah aja? Biasanya jalan-jalan sama doi," ucap Erin mengganti topik pembicaraan.
"Mager, kenapa? Lo cemburu? Oh lo mau juga gue ajak jalan-jalan?," goda Darrel.
Erin menggeleng cepat, "Gue gak cemburu, mau banget ya gue cemburu?."
"Gak—" tiba-tiba handphone Darrel berbunyi membuat Darrel menghentikan ucapannya.
Ia menatap layar handphone nya, tertera nama Vanilla disana. Darrel pun berjalan sedikit menjauh dari Erin.
"Halo."
"Darrel, mau gak nemenin gue ke toko buku, gue mau beli novel nih."
"Kapan?"
"Lo bisanya kapan?."
"Kapan maunya lo, gue bisa-bisa aja."
"Sekarang yok!."
"Oke, 20 menit lagi gue jemput."
"Siap Darrel!."
Tut.
Darrel memutuskan sambungan telepon tersebut, ia kembali duduk disebelah Erin. Erin langsung menatap kearah Darrel.
"Dari siapa?," tanya Erin sembari memincingkan kedua matanya.
"El, ngajak ngumpul," sahut Darrel berbohong.
"Kapan?."
"20 menit lagi gue otw."
Erin mengangguk paham, setelah itu ia kembali membaca novel yang dipegangnya. Darrel pun memilih untuk ke kamar, mengganti pakaiannya.
"Gue pergi dulu ya," ucap Darrel membuat Erin yang tadinya fokus menatap kearah novel langsung menatap kearah Darrel.
Erin mengangguk singkat, "Iya."
"Mau nitip sesuatu?."
Erin menggeleng, "Gak."
"Oke, gue pergi dulu." Setelah itu Darrel pun berjalan keluar dari Apartement tersebut.
Erin menatap kepergian Darrel, ia menghela nafasnya pelan, lalu kembali membaca novelnya.
Tak terasa, Erin telah selesai membaca novel tersebut, dan ending di novel itu tak sesuai harapannya. Ia menginginkan happy ending, namun mengapa sad ending?.
"Ah kenapa sad ending sih," kesalnya sembari menaruh novel tersebut diatas meja.
"Pokoknya gue gak mau lagi baca novel!."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Fiksi Remaja[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] Namanya adalah Sherina Valerie atau kerap disapa Erin, dan ia adalah pemeran utama dalam cerita ini. Sosok gadis yang sangat ceria, sama sekali tak terlihat bahwa ia menyimpan luka. Dulu, Erin juga pernah merasakan kehangatan keluarga, b...