Hari-hari terus dilalui oleh Erin. Dan ini sudah hari kesepuluh usai ia mengetahui bahwa dirinya sedang hamil. Erin sudah mulai terbiasa dengan dirinya yang terkadang mengalami morning sickness. Ia juga tetap bekerja walaupun sedang hamil, ia berusaha semaksimal mungkin menutupi kehamilannya tersebut dari orang-orang. Cukup dirinya, tuhan, dan Darrel yang tau.
Erin mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi. Ia mengusap perutnya yang masih datar itu sembari tersenyum hangat.
"Sehat terus anak Mama, Mama sayang sama kamu, gak apa-apa ya Papa kamu belum bisa nerima kamu, Mama bakal jagain kamu terus," ucapnya seolah berbicara dengan calon bayi yang ada didalam perutnya itu.
"Kita Sekolah dulu ya, jangan rewel, jangan bikin Mama pusing." Erin menghentikan kegiatan mengusap perutnya. Lalu ia mengambil tasnya dan berjalan keluar dari kamarnya.
Seperti biasanya. Erin berangkat ke Sekolah menggunakan angkot. Dan sesampainya di Ruang kelas, Erin melihat ruang kelasnya begitu sepi, hanya ada El.
"Loh El? Lo kesambet apaan? Cepet banget datangnya." Erin menaruh tasnya diatas meja lalu ia duduk di kursinya.
El yang melihat Erin sudah datang pun langsung menghampiri Erin.
"Sengaja, karena gue tau lo dateng cepet," ucapnya lalu duduk di kursi sebelah Erin, kursi Delisa lebih tepatnya.
"Kenapa?"
"Lo hamil?," tanya El to the point, dan hal itu membuat Erin panik, namun ia berusaha untuk menyembunyikan kepanikannya.
"Ap—apaan sih lo! Ngaco banget!." Erin merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya ia gugup.
"Gue perhatiin lo sering ijin ke toilet gitu karena pengen muntah? Dan lo juga sering sakit terus ke UKS," ucap El.
"Gue gak enak badan aja akhir-akhir ini," sahut Erin ngeles.
"Halah, gak usah bohong Rin, gue tau semuanya, Darrel—"
"Lo tau dari mana," potong Erin, ia menatap El dengan tatapan datarnya.
"Sebelum pulang, kan gue ke toilet, pas gue keluar dari toilet, gue ketemu sama Bu Lastri, dia bilang sama gue gini, apa ada salah satu temen kamu yang habis berhubungan badan? Soalnya salah satu kasur di kamar family sangat berantakan dan terdapat bercak darah, gitu," jelas El.
Lagi-lagi Erin merutuki kebodohannya, bisa-bisanya ia lupa melepas bed cover di kasur tersebut. Bodoh!
"Dan gue bilang aja gue gak tau. Tapi setelah gue pikir-pikir, Darrel kan mabuk pas itu, dan mungkin aja dia langsung anu sama lo," sambung El.
"Iya"
"Iya apa?," tanya El kepo.
"Gak usah bilang siapa-siapa ya tapi! Awas aja lo!." El mengangguk mendengar ancaman Erin.
"Gue hamil"
"Anjir! Keren juga sahabat gue, sekali masuk langsung jadi!," ucap El dengan nada bangga.
"Sinting lo ya!"
"Hehe sorry. Terus gimana Darrel?"
Erin menghela nafasnya, "Dia gak mau tanggung jawab, dia gak percaya sama gue," ucap Erin.
"Keterlaluan banget tuh anak, ntar gue bantu omelin deh, lo tenang aja," ucap El.
Erin tersenyum kecil kearah El, "Percuma, dia gak bakal percaya," sahut Erin pasrah.
El menatap Erin, lalu tangannya terulur mengusap-usap puncak kepala Erin, "Jangan pasrah dong, kasian bayi lo kalau tau Emaknya pasrahan, Hahahaha." El mencoba untuk menghibur Erin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Teen Fiction[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] Namanya adalah Sherina Valerie atau kerap disapa Erin, dan ia adalah pemeran utama dalam cerita ini. Sosok gadis yang sangat ceria, sama sekali tak terlihat bahwa ia menyimpan luka. Dulu, Erin juga pernah merasakan kehangatan keluarga, b...