Tak terasa, 2 minggu sudah berlalu setelah Erin berlibur kepuncak bersama teman-teman sekelasnya. Erin pun sudah mulai melupakan kejadian saat ia dan Darrel melakukan hal yang tak pantas dilakukan itu.
Erin membuka pintu kamarnya, ia langsung berbaring diatas kasurnya, ia sangat lelah hari ini. Ia melirik jam weker yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Capek banget," gumamnya.
Sepulang Sekolah, lalu mandi, dan setelah itu ia harus langsung bekerja. Ia memang sudah terbiasa seperti itu, namun kali ini kepalanya terasa sangat pusing.
Mungkin kelelahan, itu pikirnya.
Erin pun langsung mengganti pakaiannya dengan piyama biasa. Setelah itu ia harus mengerjakan PR Bahasa Inggris terlebih dahulu.
"Duh." Erin memijat pelipisnya sembari memejamkan kedua matanya.
"Hoeekk..." Erin langsung bergegas menuju ke kamar mandi. Ia tak pernah sakit sampai muntah-muntah begini, dan kenapa kali ini ia muntah?
Erin menutup bukunya, tak sanggup lagi melanjutkan pekerjaan rumahnya itu. Ia memasukkan bukunya kedalam tas, besok pagi saja ia kerjakan di Sekolah, toh tak butuh waktu lama juga.
Erin membaringkan tubuhnya, mencoba memejamkan matanya, kepalanya masih terasa pusing, badannya pun terasa sangat lemas.
Setelah sekian lama susah untuk tertidur, pada akhirnya Erin pun terlelap dalam tidurnya.
>~<
Pagi harinya. Erin membuka kedua matanya perlahan, ia melihat jam wekernya yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Tumben sekali ia terlambat bangun.
Lalu Erin duduk diatas kasurnya, ia masih merasakan pusing di kepalanya. Sebenarnya ia ingin tidak Sekolah saja hari ini, namun ia tak ingin ketinggalan pelajaran.
Setelah siap untuk berangkat Sekolah, Erin pun bergegas pergi, ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh.
6.50
Erin menghela nafas lega, ia tidak terlambat. Ia pun berjalan santai menuju ke ruang kelasnya. Dan ternyata didalam ruang kelasnya sudah ramai, teman-temannya sudah berdatangan.
"Erin, liat tugas bahasa inggris dong!," teriak Delisa begitu melihat Erin masuk kedalam kelas.
"Gue belum," sahutnya membuat seisi kelas terlonjak kaget.
"WHAT? TUMBEN BANGET! GUE AJA SUDAH LOH," teriak Vava.
Tak memperdulikan teriakan Vava, Erin memilih untuk duduk di kursinya, ia mengambil buku tulis bahasa inggris dari dalam tasnya, lalu ia mengerjakan PR yang tidak banyak itu.
Sekitar 15 menit kemudian, Erin menyelesaikan tugasnya. Delisa takjub dengan kemampuan Erin, Erin memang sangat berprestasi dibidang pelajaran.
"Liat ya Rin,"
Erin hanya mengangguk singkat, lalu ia melipat kedua tangannya diatas meja dan menenggelamkan wajahnya disana.
Tak biasanya Erin tidak banyak omong, Delisa sedikit khawatir, ia hendak bertanya namun ia takut jika mood Erin sedang down pastinya ia akan marah kepadanya. Delisa pun mengurungkan niatnya untuk bertanya dengan Erin.
"HELLO GUYS WHATS UP!!!," teriak Tama.
Erin mendengar suara teriakan tersebut menjadi semakin pusing.
Brakkk....
Erin memukul kuat meja dihadapannya, seisi kelas pun menatap bingung kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Teen Fiction[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ] Namanya adalah Sherina Valerie atau kerap disapa Erin, dan ia adalah pemeran utama dalam cerita ini. Sosok gadis yang sangat ceria, sama sekali tak terlihat bahwa ia menyimpan luka. Dulu, Erin juga pernah merasakan kehangatan keluarga, b...