- thirteen : he's mad

7K 1K 26
                                    

I will protect you.

--

Jeno marah besar.

Untung tadi dia sama Jinyoung berkunjung ke Shinhwa karena ada urusan organisasi yang akan mengundang sekolahnya menjadi tamu di pekan olahraga nanti.

Kalau Jeno nggak datang, mungkin Lia bakal berakhir nggak sadarkan diri di koridor sekolah.

“Siapa yang mulai duluan, Lia?”

Atmosfer antara mereka bisa dibilang nggak terlalu baik, Jeno masih marah dan gadis itu bingung bagaimana menanganinya.

Lia yang terduduk lemas di jok mobil itu menghela nafas. “Y-ya.. Mereka.”

“Hah, apa aja yang mereka lakuin sebelum aku datang?” tanya Jeno lagi.

“Hm.. Dia nuduh aku nyuruh ngeblock nomornya Heejin di handphone kamu.” cerita gadis itu.

Jeno berdecak kesal. “Aku emang block dia karena aku nggak kenal sama dia, Lia.”

“Ya.. No.. Seenggaknya kamu save aja nomor dia.” lirih Lia masih lemas.

“Nggak guna.”

“Aku pastiin ini yang terakhir, Lia.” tegas Jeno menatap Lia tenang.

Mengambil ponsel dan mencari kontak seseorang yang bisa membantunya sekarang.

“Yo, Jen. Kenapa?”

Lino, lo urus Heejin dan anak anaknya. Cctv koridor deket lapang basket.” titah Jeno dingin.

“....”

“Apalagi yang mereka lakuin?”

“Lo lihat aja sendiri, gue cuman nyuruh lo kasih hukuman yang setimpal ke Heeji---

“Jeno.. Nggak perlu..” Lia menggeleng pelan.

Jeno nggak mengubris. “Urus Heejin secepatnya, kalo nggak gue yakin mereka bisa makan korban bully lebih banyak lagi.”

“Oke, thanks infonya. Gue udah lihat videonya dan.. Lo sama Lia?”

“Itu bukan urusan lo, Lino. Urus aja Heejin dan anak buahnya. Thanks.”

Sehabis itu Jeno menyimpan ponselnya di saku, mengemudikan mobilnya yang sejak tadi nggak bergerak didepan gerbang Shinhwa.

Lia tutup mulut, dia tiba tiba merasa canggung banget sama laki laki di sebelahnya.

“Mau kemana?” tanya Jeno dingin, suasana hatinya memburuk saat benaknya terus memutar kejadian pembullyan tadi.

“Pulang?”

“Nggak laper?”

Gadis itu menggaruk tengkuknya yang nggak gatal. “Laper sih.”

“Yaudah, makan dulu. Bilangin ke Felix kamu pulang telat.” ujar Jeno lembut.

Lia mengangguk patuh, mengirim pesan kepada Felix lalu kembali menatap jalan raya yang membasah akibat hujan yang turun.

the siblings Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang