- fifteen : someone

6.8K 933 71
                                    

Your brother is..

“No, ngapain sih pake ngajak ke kantin segala..” ucap Lia risih melihat sekelilingnya menatapnya dengan Jeno.

Jeno mengangkat satu alisnya. “Gapapa, biar mereka percaya aja kalau kita temenan.” jawabnya.

Temenan?

Aku mupeng

Lia mengernyit. “Hah, gimana sih? Ngomong sama kamu bikin aku nggak ngerti. Serius.”

“Ngertiin aja lah, orang biar mereka ngomongin depan aku. Siapa tahu ada satu tamparan yang lolos dari ini tangan.” Jeno mengepalkan tangannya di udara.

Gadis itu melotot. “Gila ya lo?!”

“Nggak gila, Lia.. Kalo merekanya udah kelewat batas ya kita boleh turun tangan.” bela Jeno.

“Y-ya tapi nggak gitu juga..”

Jeno membayar semua jajanan yang gadis itu mau seperti yang dia inginkan, empatpuluh lima menit menghabiskannya sambil mengobrol itu cukup bagi Jeno.

Lima belas menit lagi, pertandingan basketnya akan dimulai.

“Li, ayok ke lapang.” Jeno dengan mudah menggandeng tangan Lia. Mau dong:(

“Heh, tangan.. Malu..” cicit Lia berjalan sambil menunduk.

Jeno berdecak. “Nggak apa apa kali, udah ah masa gitu doang nunduk. Mana sih yang kemarin lawan Heejin?” tanya Jeno.

Gadis itu mendongak, mendengus heran pada laki laki yang menggandeng tangannya kini.

“Ya.. Ini disekolah..” tegur Lia lagi.

Jeno nggak peduli. “I will treat you like my little sister, Lia.” ungkap Jeno tegas sambil melempar tatapan menusuk kepada setiap orang yang menatap gadisnya benci.

Neno.. Lepas.. Pwease..” cicit Lia lagi ketika mereka sampai di lapangan, rasanya Lia mau nangis aja.

Kepalanya menggeleng. “Nggak.”

“NO! OH LO SAMA YANG INI?!” teriak Hyunjin waktu Jeno sama Lia lewat didepan temen temennya.

“Berisik lo.”

Neng, nomor wasafnya boleh dong..” goda Haechan udah kayak om om gang sebelah.

Hyunjin mendorong Haechan ke samping. “ID line nya dong..”

“Jangan ngadi ngadi lo, katanya sama Heejin!” sungut Haechan nggak terima.

Lia langsung menoleh ke Jeno, dan dia hanya bisa mengangkat kedua bahunya seraya nggak tahu apa kebenarannya.

“Ya lo juga katanya deket sama Ryujin!”

Haechan mendengus. “Heh lo tuh lebih para---”

“Apasih buset, berisik banget. Eh, hai Lia?” sapa Jaemin ikut ikutan.

“Bamsat inget Yeji gembel!” Hyunjin menyentil dahi Jaemin keras sampai sang empu meringis.

the siblings Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang