the siblings

- twenty eight : father and son

I can't hate my father.
Arjeno

—
[ vote lost direction, sama the siblings juga ya pwease😣 ]
**

Jeno membeku di tempatnya. Menatap lurus ke arah pintu apartemennya yang terdapat seseorang yang jelas sangat dia kenali.

Bahu lebar itu kini berbalik, menatapnya sedikit terkejut dengan tampang tegasnya. Jeno masih diam, belum mengeluarkan sepatah kata apapun dari mulutnya.

“Arjeno Jung.”

Di tempatnya Jeno meremat tangannya pelan, walau pria itu hanya memanggil namanya saja sudah bisa membuat emosinya tersulut.

“Pulang, nak.. Jangan buat daddy khawatir..” lirih Jaehyun darisana.

Jeno tertegun, kemudian anak itu tersenyum miris.

“Buat apa Jeno pulang ketika Jeno nggak punya rumah untuk menetap?” Jeno bersuara dengan nada ketus.

Pria itu menghela nafas, mengusap wajahnya pelan dan berjalan mendekat ke arah putranya yang tingginya hampir sama dengannya.

Jaehyun mengernyit. Wajah putranya penuh lebam, keningnya ditutupi hansplast.

Apa yang Jaehyun nggak harapkan terjadi, Jaehyun melihat dirinya yang dulu dari anaknya sendiri.

Nakal, tukang onar—

“Kenapa? Kaget lihat Jeno babak belur kayak gini?” ketus Jeno berdecih pelan.

“Iya, daddy kaget.”

“Daddy kira kamu masih anak kecil yang nangis waktu acara ulang tahun kamu.” Jaehyun tersenyum nanar.

“Cepet, dad.”

“I have to prepare for my exam tommorow. To the point, i hate waste time.” Jeno menatap ayahnya dingin.

Jaehyun menghela nafas lagi, memegang pundak putranya diiringi senyum tipis dari wajahnya sehingga menimbulkan lesung pipit pada wajahnya yang menawan seakan nggak dimakan waktu.

“Pulang. Semua orang cariin kamu, ayok keluar. Kita selesain main petak umpetnya.” ucap Jaehyun membuat Jeno tersentak.

Jeno menggeleng pelan. “Nggak..”

“Lalu, kalau Jeno pulang.. Apa Jeno bisa merasakan rumah yang sebenarnya, setelah sekian lama?” tanya Jeno lirih.

Dan kini giliran Jaehyun yang bungkam, dia nggak bisa menjawab pertanyaan Jeno yang jelas memojokan dirinya sendiri.

Jaehyun memang pantas mendapatkan ini. Dia mengakui. Dia harus mengakui kesalahannya di masa lalu.