- twenty : friend

6.5K 927 49
                                    

nobody can stop me.

-

Jeno keluar kelas saat semua teman sekelasnya sudah pulang lebih dulu, entah mengerjakan pr atau bahkan menyiapkan bahan untuk praktek.

Ujian hanya tinggal dihitung minggu, beberapa minggu lagi Jeno akan memulai ujiannya.

Perkara universitas. Jeno memilih tiga sesuai kemauan ayahnya-Harvad, Oxford dan Stanford. Kepalanya bahkan sekarang pusing mengetahui dia harus mengikuti tiga tes sekaligus.

Jeno juga mengejar beasiswa, walau rasanya nggak mungkin dan sangat sulit tapi Jeno nggak pantang menyerah.

Menggunakan hoodie hitam dan masker, Jeno yang matanya terlihat sayu itu melangkah keluar kelas dan langsung disuguhi pemandangan langit yang berwarna ungu kegelapan.

Sudah masuk petang,

Beberapa minggu ini Jeno meminta Wendy untuk mengajarinya di tempat bimbel saja, dan Wendy pun mengiyakan tanpa menanyakan alasan lebih.

Jeno tahu kalau Jaehyun mencarinya dan dia sedang nggak ingin ketemu sama ayahnya sekarang.

"Jeno."

"Ya?" Jeno memberhentikan langkahnya dan membalik.

Haechan. Pemuda yang seragamnya sudah berganti menjadi kaos putih oblong itu berjalan mendekat.

"Lo kenapa?" tanya Haechan terdengar begitu khawatir.

Dan.. Tatapan itu. Jeno benci dilihat khawatir oleh orang lain, apalagi dikasihani. Jeno benci.

Jeno mengernyit. Menarik maskernya ke bawah. "Gue? Gue baik baik aja."

Haechan menggeleng. "Lo nggak baik baik aja, no." sanggah Haechan.

"Ini bukan urusan lo."

"Lo aneh, Jeno. Lo nggak pernah jadi orang yang sesibuk ini." ungkap Haechan akhirnya.

Jeno tertegun. Kepalanya sedikit menunduk. "Aneh ya? Padahal gue berusaha bersikap kayak biasanya." jawab Jeno jujur.

"Lo aneh. Lo ada masalah?" tanya Haechan lagi.

"Nggak. Gue nggak ada masalah sama sekali." maaf, Jeno harus berbohong lagi.

"Nomor lo nggak aktif."

"Gue ganti ponsel."

Haechan mendengus kesal. "Jeno.. Gue tanya sekali lagi. Lo kenapa?"

"Om Jeff?" celetuk Haechan dan Jeno mendongak dengan rahang yang menegas.

"Kenapa lo nyebut bokap gue?" tanya Jeno dingin, tatapannya seketika berubah dan Haechan sadar itu.

"Udah, chan. Gue bisa telat bimbel, gue duluan." pamit Jeno lalu berbalik dan meninggalkan Haechan seorang diri di lapang.

Sedangkan Haechan membeku di tempat, mungkin ucapan Hyunjin benar... Mereka harus memberikan waktu Jeno untuk menyendiri.

-tapi nggak selama ini.

Saat sampai di gerbang. Jeno tersentak melihat dua mobil yang jelas dia kenali.

Itu semua anak buah ayahnya yang merangkap jadi bodyguard pribadinya, ah untung Jeno belum menyebrang kesana.

Jeno mengumpat dalam hati dan berbalik arah, berlari ke arah jalan tikus di pinggir sekolahnya dan bersyukur nggak ada anak buah Jaehyun satu pun disana.

Masuk ke dalam mobil listrik yang dia beli satu bulan lalu, Jeno pergi darisana dengan harap cemas.

Mobil listrik keluaran Aston Martin itu membelah jalan dengan kecepatan penuh, panic attack tiba tiba melandanya ketika sedang menyetir ketika bayangan orang orang berjas itu berdiri tegak.

the siblings Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang