the siblings

- seventeen : hangover

I wanna try it again,

—

“Ngh.. Sejak kapan kamar gue segede ini?”

“Berisik.. Hm..”

“Jaem, bangun.. Kita dimana ini—hoam..”

Jeno yang baru bangun mendengus geli. Pagi pagi dia sudah bangun dengan kelopak mata yang menghitam selepas melihat kejadian itu Jeno menjadi sulit tidur.

Ditambah dia menghabiskan setengah botol soju milik Eric yang membuat kepalanya sedikit pening tapi untung Jeno bisa mengatasinya.

Jangan ditanya tentang suasana hatinya sekarang, rasanya Jeno ingin melempar semua barang yang ada tapi dia menahan semua nya.

Semalam dia enggan tidur di kamarnya karena bau alkohol dari Jaemin dan Haechan begitu kuat, jadi Jeno tidur di kamar dekat kolam renang.

“Bangun lo semua.” Jeno menyemprot mereka dengan tembakan air yang dia temui di gudang.

“WAH JAEM HUJAN!!”

“Berisik chan, gue puyeng!”

“Baju gue basah! Aaa Jaem bangun!”

Haechan mengerjap pelan, kemudian langsung melotot ketika tahu siapa pemuda yang menatap mereka sambil membawa pistol air.

“JENO?!”

Jaemin ikut bangun, dia noleh doang. “Ini kamar lo?” tanya Jaemin parau.

Jeno berdecak. “Ya.”

“Kalem, harusnya kita balik sama Eric.. Jangan bilang—” Haechan menganga.

“Ya. Gue jemput kalian, untung gue nggak ngadu ke om Yuta sama uncle John,” jawab Jeno dingin.

Haechan masih linglung, kebanyakan minum buat proveder nya jadi lemot begini.

“A-ah..” Haechan merasa canggung.

Jeno berdecak pelan. “Bangunin Jaemin, gue tunggu diluar.” kata Jeno lalu keluar dari kamarnya.

Haechan menghela nafas, memikirkan bagaimana nasibnya ke depan setelah Jeno menciduknya mabuk seperti ini.

Jaemin melenguh. “Kok masih disini sih~~ gue kan mau pulang~~~”

TTAK!

“Bangun lo, cebol. Ini dirumah Jeno! Jangan malu maluin!” ucap Haechan lalu masuk ke kamar mandi berniat mencuci mukanya.

Ya.. Walau jalannya sempoyongan.

Jaemin meringis. “Anjir, gede banget. Aduh gila si buluk sakit banget getok gue..” gumamnya.

Sehabis mencuci muka dan menggosok gigi dengan odol juga sikat gigi yang di sediakan, mereka berjalan keluar kamar yang sangat luas ini.

“Bamsat, gue dari pintu ke kasur aja udah capek.” dengus Jaemin terengah.

“Lo nya aja itumah yang lemah.” ejek Haechan.