Leave it.
—
Semenjak hari itu, banyak yang berubah.
Mulai dari teror yang membuatnya merasa tidak nyaman sama sekali, rasa kekhawatiran nya kian membesar mengingat Jeno juga dalam masalah besar.
Jeno selalu menjadi korban.
Akhir akhir ini, emosi Jaehyun jauh dari kata stabil. Beberapa kali mereka harus beradu mulut dan membuat Jeno takut.
Beberapa hari yang lalu, ada paket yang datang ke rumah mereka. Rose bahkan tidak ingat dia mempunyai paket sampai akhirnya Jeno membuka paket itu di teras.
“NDA! KUCINGNYA JENO MATI HIKS, BUNDAAAAA!”
Jelas anak itu terkejut bukan main ketika membuka kardus tersebut—isinya bangkai kucing yang sudah mati. Kucing yang tempo lalu Jeno inginkan untuk dipelihara disini.
Jeno menangis kencang, Rose dibuat pening akan kejadian buruk yang terus menimpa keluarga kecilnya.
Dan, lagi.
Dia harus menemukan tulisan itu—
Cepat ambil keputusan.
Rose rasanya hampir gila, semalaman dia sulit tidur karena ketakutan itu menganggu pikirannya tanpa henti.
Sebulan dihantui oleh berbagai macam teror itu bisa membuat mentalnya memburuk. Sangat memburuk.
Sampai tiba dimalam itu—
Melihat Jaehyun yang mabuk, dengan wanita yang tersenyum licik kepadanya itu bukan hal yang sulit untuk dilupakan.
“He's drunk, and we—”
Itu adalah patah hati terbesarnya.
Jaehyun memang selalu sukses mempermainkan hati seseorang tanpa dia sadari. Kelakuannya selalu membuat Rose jengah tanpa henti.
“What are you doing last night?”
“I can't remember anything, sorry.”
Lebih parahnya, lagi.
Itu Kim Jiho. Sahabatnya semasa kuliah yang merusak hubungan rumah tangga antara dirinya dan Jaehyun sendiri.
Tengah malam, dia sering menangis dan berusaha tidak menimbulkan suara sama sekali. Meracau nama keduanya bergantian, seraya dua orang itu adalah orang paling jahat dalam hidupnya.
Semua orang memiliki batas kesabaran masing masing, benar?
Tiba.. Di mana kesabaran Rose habis. Wanita itu lelah, semakin lelah ketika menerima pernyataan bahwa.. Dia hamil.
“Jae, aku capek.”
“Ya.”
“Kamu tahu? Nggak semua perjodohan akan berjalan dengan baik.”
“What do you mean?”
“I mean, maybe this is our ending. I'm tired.”
“Terserah kamu.”
Dan. Keputusan Rose sudah bulat, untuk mengakhiri semuanya agar anaknya baik baik saja. Cukup dirinya yang tersiksa selama ini.
Setidaknya, Rose mengabulkan permintaan sahabatnya. Mungkin kenyataannya memang Rose tidak harusnya bersama Jaehyun.
Begitupun sebaliknya.
Jaehyun kecewa.
Pikirannya tidak bisa berpikir dengan jernih mendengar kalimat itu keluar dari mulut istrinya. Itu artinya, Rose sudah mengibarkan bendera putih. Tanda menyerah untuk segala yang telah dia lewati.
KAMU SEDANG MEMBACA
the siblings
Fanfiction꒰ft. 재로제 ❛Dad, the fact is.. you're never have time for me.❜ ❛Jae, she is your daughter.❜ "Kak Jeno?" cr. 2020