the siblings

- forty : introgasi

our plan

——

“Jadi.. Bisa jelasin apa ini, Arjeno Jung?”

Jeno menghela nafas, gara gara Lia dan teman temannya beberapa hari lalu nasibnya berakhir menjadi seperti ini.

Di sidang.

Apalagi sekarang Rose berubah menjadi singa, yang pasti nggak akan bisa memberikan ampun ke Jeno. Begitupun dengan Doyoung.

“Ini apartemen kamu juga bukan apartemen biasa, loh?” ucap Doyoung.

“Uncle diem dulu, katanya suruh jelasin?” sungut Jeno kesal diatas kasurnya.

“Ya.. Itu cafe punya Jeno. Diem diem biar nggak ketahuan daddy, rasanya kayak Jeno harus menyiapkan pegangan Jeno buat masa depan?”

Jeno mengedikan bahu. “Kita di masa depan belum ada yang tahu, Jeno cuman mengantisipasi.”

“... Dan.. Jeno juga nggak mau ngerepotin daddy.”

Jaehyun tertegun, kemudian menghela nafas. “Daddy kerja bukan buat orang lain.”

Jeno mengangguk paham. “Yes, i know... Dad.. I know.. ”

“Mobil sepuluh milyar, apartemen kamu lima milyar.. Astaga.. ” Rose menatap digit angka pada kertas itu tidak percaya.

“Jadi.. Blackcard daddy masih ada di kamu atau gimana?”

“Masih, Jeno simpen di laci kamar. Takut kegunting.” jawab Jeno santai.

Doyoung dan Jaehyun melotot.

“Astaga.. Nggak kuat saya, jae. Anak kamu bukan tandingan saya lagi.” Doyoung menggeleng pelan.

“Gue aja nggak habis pikir.. Doy.. ”

Jaehyun teringat sesuatu. “Kamu tau kalo uncle Yuno kesini?” pertanyaan Jaehyun sontak membuat dua orang dewasa itu menoleh terkejut.

“Yuno?!”

“Apa? Yang bener kamu!”

Kepalanya mengangguk sebagai jawaban, Jaehyun menatap manik putranya menuntut jawaban.

“Arjeno.”

“Iya, tau.”

“Darimana kamu tau?”

Oh, jadi daddy bisa tau apartemen gue dari uncle Yuno..

Jeno mengangkat satu alisnya. “Jadi uncle Yuno yang kasih tau alamat Jeno?”

“Yes, he did.”

“He's stay with me. Awalnya uncle mau beresin semua urusannya disini tapi his daughter is sick, jadi uncle pulang dulu ke Aussie.” jelas Jeno.

Jaehyun tersentak. “He-he's stay with you? How long?”

“Maybe for two weeks?”